BLITAR, KOMPAS.com - Menandai dimulainya musim giling tebu, pabrik gula PT Rejoso Manis Indo (RMI) di Blitar menggelar ritual tradisional Manten Tebu.
Dalam bahasa Jawa, kata manten berarti pengantin.
Berlangsung pada Selasa pagi (15/6/2021) di tengah area pabrik gula di Desa Rejoso, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar, ritus manten tebu terlihat seperti upacara temu manten dalam budaya tradisional Jawa, khususnya Jawa Timur.
Dengan iringan gamelan dan tembang tradisional Jawa, ritual manten tebu pada intinya adalah prosesi menjodohkan dua batang tebu sebagai sepasang mempelai.
"Manten tebu mungkin bermakna perjodohan. Bagi kami, ini merupakan doa perjodohan kami dengan alam di mana kami beroperasi sehingga manajemen mendapatkan kelancaran dalam mencapai target-targetnya," ujar manajer pabrik Heri Widarmanto.
Baca juga: Rawat 369 Pasien Covid-19, Kapasitas Tempat Tidur RSLI Surabaya Hanya Tersisa 31
Dua batang tebu, masing-masing sebagai tebu lanang (pria) dan tebu wadon (wanita) yang diambil dari lahan yang berjauhan.
Kedua batang tebu berukuran sekitar dua meter yang diambil beserta daunnya itu, diarak oleh sejumlah pengiring berbusana tradisional Jawa.
Kontras di latarnya, ratusan truk sedang mengantri bongkar muatan tebu dan bangunan-bangunan besar di kompleks pabrik yang menempati lahan hektaran itu.
Tebu lanang berjuluk Anggara dan tebu wadhon diberi nama Jenar.
Kedua batang tebu itu kemudian dipertemukan sebagai sepasang mempelai pengantin tebu.
Nama Jenar dan Anggara berasal dari satu perhitungan tertentu dari penanggalan Jawa untuk hari Selasa, 15 Juni, hari pertama dimulainya periode giling tebu PT RMI.
Pasangan temanten tebu ini kemudian diarak menuju mesin penggilingan tebu yang berada di sebuah bangunan pabrik berukuran besar dengan mesin-mesin giling raksasa milik RMI.
Baca juga: Cerita Warga Papring Bangkitkan Kerajinan Besek yang Sempat Hilang