Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Cerita Awal Mula Lonjakan Kasus Covid-19 di Bangkalan...

Kompas.com - 09/06/2021, 11:55 WIB
Muchlis,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Ketua Satgas Covid-19 Bangkalan Agus Sugianto Zein menceritakan, awal mula meledaknya kasus corona di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.

Menurut Agus, lonjakan kasus Covid-19 itu terjadi dua minggu setelah Lebaran ketupat, yang digelar tujuh hari setelah Hari Raya Idul Fitri.

"Pas hari lebaran kasus aktif yang kami pegang hanya lima kasus, dua minggu pasca-Lebaran ketupat itu, persentase kasus Covid-19 melebihi seribu persen dari angka awal (lima-tujuh kasus), sekarang ini sudah pandemi," kata dia saat dikonfirmasi langsung di sela-sela acara dinas di Pendopo Kabupaten Bangkalan, Rabu (9/6/2021).

Agus menyampaikan, dua minggu sebelum lonjakan kasus tersebut terjadi, kasus Covid-19 di Bangkalan masih landai. Namun, setelah itu terdapat 194 kasus aktif Covid-19 di Bangkalan.

Klaster keluarga diduga menjadi salah satu pemicu meledaknya kasus Covid-19 di Bangkalan.

Baca juga: Kebanyakan Warga Bangkalan Takut Tes Usap dan Takut Diisolasi

"Liburan kemarin tepatnya saat Lebaran itu kalau orang Bangkalan saling mengunjungi silaturahmi itu aktivitas yang biasa dilakukan. Hanya saja karena dilakukan di masa pandemi ini," kata dia.

Pulangnya para pekerja migran dari luar negeri juga menjadi salah satu faktor. Hingga Selasa (9/6/2021), sebanyak 954 pekerja migran telah tiba di Bangkalan.

Menurutnya, dari 18 kecamatan di Bangkalan, pekerja migran paling banyak berasal dari Kecamatan Arosbaya dan Geger.

Berdasarkan hasil tracing Pemkab Bangkalan, para PMI telah bersilaturahmi dengan keluarga dan kerabat lainnya. Interaksi mereka sudah terjadi lintas kecamatan.

"Kantong PMI di Bangkalan adalah Arosbaya dan Geger Ini mereka juga berinteraksi karena datang dari rantau dan momentum lebaran. Hasil tracing membuktikan interaksi dan relasi keluarga itu sampe lintas kecamatan dari Arosbaya ini keluarganya di Bangkalan, ada yang di Kelampis. Akhirnya meledaklah," papar dia.

 

Kesulitan lakukan tracing

Agus paham, seharusnya terhadap satu pasien positif Covid-19 dilakukan tracing minimal kepada 25-30 orang terdekat.

Namun, hal itu tak bisa dilakukan karena kendala yang ditemukan di lapangan.

"25 sampai 30 orang kontak ke mana saja terus ditelusuri diamankan dan diisolasi" kata dia.

Menurut Agus, petugas terkendala karena masyarakat tidak berkenan untuk dilakukan tracing. Ia khawatir, jika dipaksa akan menimbulkan situasi yang tak kondusif.

Baca juga: Kronologi di Balik Video Viral Sopir Truk Tak Beri Jalan Rombongan TNI dan Bilang Aku Enggak Bakal Minggir

"Ketika dipaksa akan ada hal lain, khawatir menimbulkan suasana yang tegang sehingga tidak bisa dilakukan," ujar dia.

Agus menilai, sikap masyarakat Bangkalan yang tak berkenan dilakukan tracing bukan tanpa alasan.

Masyarakat, kata dia, terlalu sering mengonsumsi informasi di media sosial yang dibuat tanpa didasari sumber yang jelas.

"Bisa jadi mereka sudah sangat sering menerima dan mengkonsumsi informasi di media sosial, akhirnya tidak percaya, dan ketakutan. Dampak dari hal itu Intensitas terhadap prokes rendah, logikanya kesana." kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Regional
Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Regional
Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Regional
Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Regional
Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Regional
Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Regional
Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Regional
Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Regional
Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Regional
Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Regional
10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

Regional
Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Regional
Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Regional
Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com