GRESIK, KOMPAS.com - Berdasar keputusan Gubernur Jawa Timur tahun 2020, tiga desa yang berada di Kecamatan Ujungpangkah, Gresik, ditetapkan sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE).
Tiga desa tersebut yakni, Desa Pangkah Kulon, Pangkah Wetan dan Banyu Urip.
Keputusan tersebut dilakukan atas dasar berbagai rujukan, di antaranya terdapat ekosistem mangrove seluas 1.554,27 hektare yang terdapat di sana.
Lahan inilah yang dipersiapkan menjadi tempat singgah bagi burung-burung asal Australia yang migrasi ke wilayah utara Indonesia.
Baca juga: Manfaatkan Barang Bekas sebagai Dekorasi, Kampung Kumuh di Gresik Disulap Jadi Indah
Atas dasar tersebut, Direktorat Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial (BPEE), Direktorat Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), bersama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik, serta beberapa pihak menggelar perayaan Hari Lahan Basah Sedunia (WWD) tahun 2021 di KEE, Rabu (2/6/2021).
Mereka sepakat, pemusatan penyelenggaraan WWD kali ini di KEE bertujuan untuk meningkatkan pemahaman atas nilai dan fungsi lahan basah di Indonesia yang merupakan aset nasional, sebagai sistem penyangga kehidupan, meningkatkan peran serta memperkuat komitmen para pihak dalam pengelolaan dan pembangunan lahan basah di Indonesia, baik pada tingkat kabupaten, provinsi dan kementerian.
"Di sini itu menjadi jujukan migrasi dari burung laut. Mayoritas burung pelikan dari Benua Australia," ujar Direktur BPEE Asep Sugiharta kepada awak media di KEE Ujungpangkah, Rabu.
Ke depan, lanjut Asep, KEE di Kecamatan Ujungpangkah ini bisa dijadikan untuk edukasi wisata yang bisa mendongkrak perekonomian masyarakat setempat.
Sehingga, pengelolaan KEE Ujungpangkah ini akan terus dikembangkan.