KULON PROGO, KOMPAS.com –Lengang menggelayut di sebuah kompleks pemakaman pada Pedukuhan Karang Tengah Kidul, Kalurahan Margosari, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berisik pohon bambu rimbun tertiup angin terdengar dominan.
Luas komplek makam ini hampir satu hektar. Warga menamainya sebagai Makam Karang Tengah. Ribuan nisan ada di sana, berimpitan. Ada nisan yang bertuliskan tahun 1881.
Hamparan makam terbuka tanpa rumput sehingga barisan nisan tampak jelas sejauh mata memandang.
Namun demikian, kompleks makam tidak gersang karena masih ada beragam tumbuhan lain, utamanya pohon hias beragam jenis.
Ada pohon jenis andong merah atau hanjuang yang daunnya panjang dan berwarna merah. Ada pula barisan pohon daun puring hijau kuning dan kuning merah yang biasanya sebagai pelengkap hiasan rumah.
Pohon kamboja tentu tidak ketinggalan. Semenisasi baru tampak di sisi dalam pagar.
Dengan tanpa rumput dan penataan tanaman, kompleks kubur itu jadi terasa bersih dan tidak gelap.
Suatu siang yang terik, kompleks kubur terasa terang. Tidak ada kesan kubur yang suram dan muram ketika siang maupun malam.
Di antara sejumlah makam itu tampak Waluyo (64) yang bertubuh tambun besar.
Baca juga: Makam Jenazah Pasien Covid-19 Minta Dipindahkan, Wali Kota: Beri Kami Kesempatan...
Ia sering kali mengenakan kaos tanpa lengan sehingga memperlihatkan tangannya yang kekar.
Siang itu, ia duduk bernaung di bawah atap rumah kuburan di tengah komplek pekuburan Karang Tengah.
Duduk sambil merokok. Waluyo memandang puas sekeliling komplek kubur karena bersih.
“Kalau kelihatan rumput saya semprot pakai pembunuh rumput yang botolnya kecil. Satu bulan ya bisa habis Rp 50.000. Penyemprotan di musim hujan bisa tiap 20 hari, kalau musim panas seperti ini bisa tiap satu setengah bulan,” kata Waluyo.
Waluyo asal Lampung. Ia datang tanpa identitas, tanpa rumah tinggal dan hidup sementara ini tanpa ditemani istri dan anak-anaknya.
Waluyo memilih tinggal di sebuah cungkup, istilah dari rumah kubur di pemakaman.
Konstruksi cungkup beragam, tapi memiliki bentuk bangunan serupa rumah dengan tiang, dinding dan atap. Tidak sedikit yang berdinding atau pagar.