Sulitnya memprediksi bencana alam membuat konsep kampung tangguh dan kampung siaga bencana (KSB) harus kembali direvitalisasi.
KSB, menurut Khofifah, bukan hanya menyiapkan masyarakat menghadapi kemungkinan bencana tapi juga membangun kemandirian menghadapi bencana.
Ia menjelaskan KSB di setiap wilayah berbeda format dan target bergantung pada jenis potensi bencana alam apa yang ada di setiap wilayah.
Baca juga: Gempa Blitar Akibatkan Overscale pada Seismogram, Ini Penjelasan BMKG
"Di daerah rawan banjir, misalnya, lumbung bisa berisi tali, perahu, pelampung, dan sebagainya," ujarnya.
Khofifah mengatakan, dirinya akan meminta dilakukan pemetaan ulang KSB yang ada di Jawa Timur berdasarkan potensi ancaman bencana di masing-masing daerah.
Dilansis dari Tribunnews.com, data sementara dari BPBD Kabupaten Blitar hingga Sabtu (22/5/2021) pukul 00.30 WIB menyebutkan ada 77 bangunan rusak akibat peristiwa gempa bumi.
Kerusakan bangunan terjadi di sejumlah kecamatan di wilayah Kabupaten Blitar.
Baca juga: Kenapa Magnitudo Gempa Blitar Diperbarui? Ini Penjelasan BMKG
Antara lain di Bakung, Binangun, Doko, Gandusari, Garum, Kanigoro, Panggungrejo, Wates, Selopuro, Talun, dan Wlingi. Mayoritas bangunan rusak merupakan rumah milik warga.
Selain itu, juga ada bangunan fasilitas umum seperti tempat ibadah, sekolah, puskesmas, dan kantor yang rusak akibat gempa bumi.
Kerusakan pada rumah warga paling banyak genteng rumah rontok dan dinding retak-retak.
Kerusakan rumah warga paling banyak terjadi di Kecamatan Panggungrejo ada sekitar 29 rumah.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Asip Agus Hasani | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief), Tribunnews.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.