Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Percaya Simpan Mayat Anak Selama 4 Bulan karena Akan Hidup Lagi

Kompas.com - 19/05/2021, 21:01 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Dony Aprian

Tim Redaksi

TEMANGGUNG, KOMPAS.com - Seorang anak perempuan berusia 7 tahun ditemukan meninggal dunia di kamar rumahnya di Dusun Paponan, RT 002 RW 003 Desa Bejen, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Minggu (16/5/2021).

Anak berinisial A itu sudah meninggal dunia dan mayatnya disimpan oleh orangtuanya sejak 4 bulan yang lalu.

Kasat Reskrim Polres Temanggung AKP Setyo Hermawan mengatakan, jasad korban sengaja disimpan di kamar karena orangtua A percaya jika H, tetangga yang dikenal sebagai "orang pintar" atau dukun di wilayahnya itu memiliki kemampuan bisa menghidupkan kembali anaknya.

"Atas pengaruh dukun ini, ayah ibu korban yakin anaknya akan hidup dan hilang sifat nakalnya," ujar Setyo kepada wartawan, Rabu (19/5/2021).

Baca juga: Buntut Kasus Bocah Ditenggelamkan hingga Tewas karena Nakal, 4 Orang Jadi Tersangka

Secara berkala, M dan S membersihkan jasad anak kedua dari 2 bersaudara itu menggunakan tisu dan cotton bud.

Saat ditemukan kondisi mayat dalam keadaan kering, tesisa kulit dan tulang.

Menurut Setyo, para tetangga korban tidak mencium bau mayat lantaran M dan S selalu menyemprot pengharum ruangan dan banyak kapur barus.

Apalagi lokasi kamar tertutup rapat, dan jarak antara rumah korban dengan rumah tetangga cukup jauh.

Setyo menambahkan, untuk mengikuti seluruh ritual ini, M dan S bahkan rela memberikan jasa uang dengan total lebih dari Rp 6 juta kepada H dan B.

"Orangtua memberikan uang sebagai jasa konsultasi kepada dukun, walaupun jumlahnya tidak sama (setiap konsultasi/transkasi), tapi informasi yang kami dapatkan, sejak kejadian sampai kemarin terkumpul uang sampai lebih dari Rp 6 juta," terang Setyo.

Baca juga: Sebelum Ditenggelamkan dan Tewas, Bocah 7 Tahun Disuruh Makan Cabai dan Bunga Mahoni

Dikatakan Setyo, hasil pemeriksaan intensif ayah dan ibu korban juga percaya dengan H dan B yang menyebut korban nakal karena dirasuki makhluk dunia lain yaitu genderuwo.

Untuk menghilangkan genderuwo itu, kata Setyo, H dan B meminta M dan S melaksanakan ritual menenggelamkan kepala anak di bak mandi berisi air.

Ritual itu ternyata sudah dilakukan beberapa kali, terakhir pada Desember 2019.

Ritual dilakukan di bak kamar mandi rumah M dan S berukuran lebar 1 meter, panjang 2 meter, tinggi 1 meter.

Air bak mandi selalu penuh karena sistem air di desa itu selalu mengalir sehingga tidak pernah mati.

Ritual terakhir dilakukan para tersangka pada awal Januari 2021, sekitar pukul 14.00 WIB, yang akhirnya bocah kelas 1 sekolah dasar (SD) itu tewas.

"Pengakuan tersangka, mereka tidak ada niat menghilangnya nyawa anak, hanya menghilangkan sifat nakal anak tersebut sebagai bagian dari ritual meruwat. Itu tujuan mereka," katanya.

Meski polisi belum memperoleh bukti, namun ada keterangan bahwa korban juga dipaksa untuk makan cabai dan mahoni guna menghilangkan genderuwo itu.

"Dukun H memberitahu M dan S bahwa anaknya merupakan titisan genderuwo, kalau dibiarkan tumbuh besar bisa meresahkan warga sekitar. Makanya M dan S yakin itu dan mengikuti anjuran dukun itu," pungkas Setyo.

Diberitakan sebelumnya, kasus ini terungkap setelah kakek korban, Sutarno, dan perangkat desa setempat, melapor ke Polsek Bejen terkait adanya jasad A di kamar rumah M dan S, pada Minggu (16/5/2021) malam.

Polisi langsung mendatangi TKP, dan ditemukan mayat korban pada Minggu (16/5/2021) sekitar pukul 23.40 WIB.

Polisi langsung mengamankan ayah dan ibu korban. Setelah itu menyusul H dan B di rumah masing-masing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jadi Bandara Domestik, SMB II Palembang Tetap Terbang ke Jeddah dan Mekkah

Jadi Bandara Domestik, SMB II Palembang Tetap Terbang ke Jeddah dan Mekkah

Regional
Mahasiswa di Ambon Tewas Gantung Diri, Diduga karena Masalah Asmara

Mahasiswa di Ambon Tewas Gantung Diri, Diduga karena Masalah Asmara

Regional
Cabuli Anak Tiri Saat Istri Tak di Rumah, Pria di Agam Ditangkap Polisi

Cabuli Anak Tiri Saat Istri Tak di Rumah, Pria di Agam Ditangkap Polisi

Regional
BPBD Minta Warga Lebak Waspadai Hujan Lebat di Malam Hari

BPBD Minta Warga Lebak Waspadai Hujan Lebat di Malam Hari

Regional
Napak Tilas 2 Abad Traktat London, BI Pamerkan Uang Kuno

Napak Tilas 2 Abad Traktat London, BI Pamerkan Uang Kuno

Regional
2 Pembeli Cula Badak Taman Nasional Ujung Kulon Ditangkap

2 Pembeli Cula Badak Taman Nasional Ujung Kulon Ditangkap

Regional
Aniaya 2 'Debt Collector', Aiptu FN Sudah Jadi Tersangka

Aniaya 2 "Debt Collector", Aiptu FN Sudah Jadi Tersangka

Regional
Kunci di Balik Kegigihaan Ernando Ari, Ada Doa Ibu yang Tak Pernah Padam

Kunci di Balik Kegigihaan Ernando Ari, Ada Doa Ibu yang Tak Pernah Padam

Regional
Karyawan Warung Bakso di Semarang Perkosa Rekan Kerjanya, Pelaku: Saya Nafsu

Karyawan Warung Bakso di Semarang Perkosa Rekan Kerjanya, Pelaku: Saya Nafsu

Regional
Cerita Pilu Kasus Adik Aniaya Kakak di Klaten, Ibu yang Sakit Stroke Tak Tahu Anaknya Tewas

Cerita Pilu Kasus Adik Aniaya Kakak di Klaten, Ibu yang Sakit Stroke Tak Tahu Anaknya Tewas

Regional
Tolak Kenaikan UKT, Ratusan Mahasiswa Unsoed Geruduk Rektorat

Tolak Kenaikan UKT, Ratusan Mahasiswa Unsoed Geruduk Rektorat

Regional
Tanggapan RSUD Ulin Banjarmasin Usai Dilaporkan atas Kasus Malapraktik

Tanggapan RSUD Ulin Banjarmasin Usai Dilaporkan atas Kasus Malapraktik

Regional
Soal Iuran Dana Pariwisata di Tiket Pesawat, Sandiaga Uno: Tak Akan Ada Tindak Lanjut

Soal Iuran Dana Pariwisata di Tiket Pesawat, Sandiaga Uno: Tak Akan Ada Tindak Lanjut

Regional
Perjuangan Reni Obati Putrinya Positif DBD hingga Meninggal Dunia, Panas Tinggi Capai 45 Derajat

Perjuangan Reni Obati Putrinya Positif DBD hingga Meninggal Dunia, Panas Tinggi Capai 45 Derajat

Regional
Kronologi Terbakarnya 4 Kapal Ikan di Cilacap, 1 ABK Tewas

Kronologi Terbakarnya 4 Kapal Ikan di Cilacap, 1 ABK Tewas

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com