Adnyana mengatakan, pemilik toko yang menjadi lokasi "kelas orgasme" tersebut mengaku sempat dihubungi pengelola acara itu sekitar dua tahun lalu.
Namun, pemilik toko menolak tawaran itu karena dinilai tidak sesuai dengan adat istiadat Bali.
"Tapi owner tempanya itu menolak karana tifak sesuai dengan adat, hukum dan kebudayaan di Bali. Lokasi (pemilik bangunan) tersebut hubungan dengan desa adat juga bagus," kata dia.
Baca juga: Pria yang Viral karena Semprotkan Cairan Pembasmi Nyamuk ke Mulut Meninggal, Ini Kata Keluarga...
Adnyana menduga, pemilik situs kelas orgasme itu menjadikan bangunan tersebut sebagai lokasi tanpa izin. Polisi juga terus menjalin koordinasi dengan Imigrasi.
Sebelumnya, promosi kelas serupa juga pernah digelar oleh WN Australia bernama Andrew Irvine Bares (50).
Ia berencana mengelar acara kelas orgasme tersebut pada Sabtu (6/3) hingga Selasa (9/3) di sebuah hotel di Ubud. Ia memasang tarif 500 dolar AS atau setara Rp 7,2 juta per orang.
Kegiatan itu pun batal setalah Kemenhumhan dan memanggil Andrew. Meski akhirnya Kemenhumhan tak melakukan deportasi kepada Andrew, kelas orgasme itu pun batal digelar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.