Seperti dikutip dari laman www.rotendaokab.go.id, ada beberapa model sasando seperti sasando engkel, sasando dobel, dan sasando biola di samping sasando gong yang telah lebih dulu dikenal masyarakat Rote.
Baca juga: Tari Likurai dan Sasando Jadi Pemuka Konser Perbatasan Atambua 2019
Sasando engkel mempunyai 28 dawai dan jenis dobel memakai dawai lebih banyak, antara 56 hingga 84 dawai.
Ada lagi sasando biola karena mampu menghasilkan suara seperti biola.
Alat musik jenis sasando biola ini diciptakan pada akhir abad 18 dan banyak berkembang di Kupang, ibu kota NTT.
Sasando biola menghasilkan nada diatonis dan bentuknya mirip sasando gong. Jumlah dawai pada sasando biola lebih banyak, antara 30-36 senar atau dawai.
Baca juga: Tari Likurai dan Sasando Jadi Pemuka Konser Perbatasan Atambua 2019
Ada dua tipe ruang resonansi sasando biola, yaitu berbahan daun lontar dan satu lagi dari kayu atau multipleks.
Belakangan, sasando biola dengan ruang resonansi lontar lebih disukai karena suara yang dihasilkan lebih baik dari multipleks. Sasando berbahan lontar ini pernah diabadikan dalam uang kertas nominal Rp5.000 tahun emisi 1992.
Makin hari inovasi untuk menghasilkan sasando dengan nada-nada lebih baik terus dilakukan.
Contohnya sasando elektrik yang ditemukan pada 1960 silam oleh pemain sasando asal Kupang, Arnoldus Edon.
Baca juga: Vivian Tjung, Sang Pemain Sasando Asal NTT
Sasando elektrik ini mampu memproduksi suara petikan dawai yang lebih besar karena selain berdawai 30 senar, suaranya bisa dinikmati dari kejauhan.
Ada juga sasando bariton yang dibuat dari jenis senar yang berbeda ketebalannya dan mempunyai bunyi yang lebih bulat dan lebih terasa bassnya serta dilengkapi dengan 32 senar berwarna.
Saat ini di sejumlah tempat di NTT telah bermunculan sanggar kursus sasando, termasuk yang dimiliki keluarga mendiang Arnoldus Edon di Kupang.
Tak sedikit juga pemain sasando profesional asal NTT bereksperimen memainkan sasando dengan beragam jenis musik seperti jazz, pop, rock, dan lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.