Sasando memiliki bentuk yang sangat unik dan berbeda dengan alat musik berdawai lainnya.
Bagian utama sasando berbentuk tabung bambu sepanjang 7-80 sentimeter. Pada bagian bawah juga atas bambu terdapat tempat untuk memasang dan mengatur kencangnya dawai.
Lalu pada bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan atau senda, di mana dawai senar yang direntangkan di tabung, bersusun dari atas ke bawah. Senda ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan dawai.
Tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar dibentuk seperti kipas atau disebut haik dan menjadi tempat resonansi sasando.
Baca juga: Petikan Sasando untuk Lagu Bengawan Solo Terbang ke Roma...
Sekilas wadah berdaun lontar ini mirip seperti penampung air berlekuk-lekuk.
Lontar merupakan tanaman yang paling mudah ditemukan di Pulau Rote sehingga banyak dipilih masyarakat sebagai bahan bagi sejumlah produk budaya setempat seperti ti'i langga dan sasando.
Alat musik sasando dimainkan dengan kedua tangan dari arah berlawanan, kiri ke kanan dan kanan ke kiri.
Tangan kiri berfungsi memainkan melodi dan bas, sedangkan tangan kanan bertugas memainkan accord.
Baca juga: Kisah Haru Perajin dan Pemusik Sasando saat Terima Bantuan Peralatan Modern
Tak sekadar asal petik, diperlukan harmonisasi perasaan dan teknik untuk menaklukkan sasando agar senandung melodi yang dihasilkan mampu memanjakan telinga pendengarnya.
Keterampilan jari dalam memetik dawai-dawai sasando sangat diperlukan. Hampir sama dengan alat musik kecapi dan harpa, petikan jari pada dawai sasando akan sangat mempengaruhi suara yang dihasilkan.
Makin cepat tempo nada yang akan dimainkan sasando, maka akan semakin lentur tangan menari memetik dawai-dawainya.
Ketika dimainkan di tangan ahlinya, maka sasando bak sebuah tongkat sulap, mampu menyihir pendengar dengan berbagai ragam alunan nada indah mirip sebuah orkestra, meski hanya dari satu alat musik
Baca juga: Mainkan Sasando dalam Jambore Dunia di AS, Putra Wakapolda NTT Pukau Penonton
Ketika selama berabad-abad hanya dikenal sebagai alat petik berdawai 7 atau 11 senar saja, maka sejak awal abad 19 hingga hari ini ada beragam model dan bentuk sasando tercipta disesuaikan dengan kebutuhan bermusiknya.