MAMASA, KOMPAS.com– Meski usianya sudah lebih dari 71 tahun, nenek Langi Minganga tidak ingin berpangku tangan.
Perempuan asal Desa Bombong Lambe, Kecamatan Mamasa, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, ini setiap hari bekerja mengumpulkan batu dari pegunungan untuk diolah menjadi kerikil.
Batu gunung yang sudah dipecah menjadi ukuran kecil dijual seharga Rp 10.000 per karung.
Baca juga: Sri Mulyani, Khofifah dan Risma, 3 Perempuan Terpegah dan Tervokal di Media Massa
Dalam tenda terpal yang lusuh dan sudah compang camping dimakan usia, nenek Langi Minganga menekuni aktivitasnya memecah batu selama belasan tahun bersama seorang anaknya.
Kegiatan itu sudah dimulainya sejak subuh.
Sebelum memulai aktivitasnya memecah batu, biasanya nenek Langi mengumpulkan bebatuan dari Pegunungan Mamasa, sekitar satu kilometer dari tempat ini memecah batu.
Batu-batu yang sudah dikumpulkan kemudian diangkut ke tempat pemecah dengan cara dijunjung atau didorong menggunakan gerobak.
“Setiap hari jalan kaki sekitar 4 kilometer dari rumah ke lokasi. Semua batu-batu ini saya kumpulkan dari gunung," tutur Langi di lokasinya memecah batu, Mamasa, Rabu (21/4/2021).
Baca juga: Kartini dan Pemikiran tentang Perempuan Berani, Mandiri, dan Penuh Perjuangan...
Batu-batu yang sudah dikumpulkan kemudian dipecah menggunakan palu menjadi kerikil untuk dijual sebagai material bangunan.
Pekerjaan yang berat ini dilakukannya sejak belasan tahun lalu, untuk menghidupi dua anak dan dua cucu yang tinggal bersamanya.
Anak perempuannya yang kerap membantunya memecah batu gunung, juga telah ditinggal cerai oleh suaminya.
Penghasilannya memecah batu, yang dijual seharga Rp 10 ribu per karung pupuk, digunakan untuk membeli kebutuhan lauk pauk.
Baca juga: Menilik Kembali Perjuangan dan Gagasan Kartini
Sebagian penghasilannya juga disisipkan untuk menyekolahkan dua cucunya yang sebentar lagi akan masuk SMA.
“Untuk mengumpulkan batu pecah satu truk senilai Rp 500.000 saya butuh waktu hinga tiga minggu,” jelas Langi.
Sebetulnya Langi tak mampu lagi bekerja.
Hanya karena situasinya tidak ada yang menopang ekonomi keluarganya kecilnya, Langi terpaksa bekerja membanting tulang setiap hari.
“Terpaksa saya tetap bekerja meski kadang sakit-sakitan,” jelasnya.
Kerap mengeluh capek dan lelah sudah pasti.
Baca juga: 5 Rekomendasi Film Perjuangan Perempuan dalam Menuntut Kesetaraan
Namun karena besarnya tanggung jawab yang diemban, untuk menghidupi dua anak dan dua cucunya membuat nenek Langi tidak bisa tinggal diam berlama-lama.
Ical, salah satu warga Desa Bombong Lambe, mengatakan Langi menjadi pemecah batu sejak suaminya meninggal dunia belasan tahun lalu.
“Dia perempuan tangguh, meski sudah usia lanjut tapi terlihat kuat. Dia seorang diri menghidupi anak dan cucunya,” jelas Ical.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.