Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Zaedi Basiturrozak
Bendahara Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah

Bendahara Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dan Ketua IKA Psikologi S-2 UNPAD

Menunda Mudik

Kompas.com - 20/04/2021, 23:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bahagia biasa dirasakan anak rantau ketika memasuki pertengahan bulan Ramadhan. Di tengah getir menahan lapar dan dahaga karena puasa, namun tidak menyurutkan untuk mempersiapkan rampaian buah tangan yang akan dipersembahkan bagi keluarga di kampung halaman tatkala mudik lebaran. Silaturahmi dengan sanak keluarga menjadi imajinasi hebat setelah tidak bersua dalam kurun waktu lama.

Lebaran kali ini tentunya akan berbeda setelah pemerintah untuk kali keduanya melarang masyarakat untuk menunda mudik lebaran. Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan Covid-19 telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2021 yang bertujuan untuk pemantauan, pengendalian, dan evaluasi, dalam rangka mencegah peningkatan Covid-19 selama Ramadhan dan Idul Fitri 1442 H.

Mudik yang merupakan akronim dari “mulih disik” atau “kembali ke udik” dalam mayarakat Betawi, merupakan warisan budaya yang konon sudah ada sejak zaman Majapahit dan Mataram Islam. Para pegawai kerajaan yang tersebar di berbagai wilayah kerajaan kembali ke induk kerajaan untuk menghadap sang Raja dan menengok sanak keluarga di kampung halaman pada ketika Idul Fitri tiba.

Baca juga: Ramadhan, Madrasah Moderasi Agama

 

Dalam perjalanannya istilah mudik kemudian melekat dengan fenomena masyarakat urban yang kembali ke kampung halaman untuk berkumpul dengan keluarga ketika lebaran.

Oleh karena mudik merupakan sebuah budaya, tentu kedalamannya tidak hanya mencakup dimensi fisik dan ritus semata, akan tetapi juga ada dimensi kejiwaan yang melekat pada setiap individu bangsa.

Ragam ritus budaya mudik seperti halnya menjumpai keluarga, memakai pakaian baru dan ziarah makam mengandung kompleksitas psikis manusia seperti makna, persepsi, keyakinan, afeksi, emosi dan suasana hati yang ada pada diri masyarakat. Belum lagi efek sosial dan ekonomi yang menyertainya bagi pelaku usaha.

Situasi inilah yang barangkali perlu menjadi refleksi bersama bagi masyarakat dan pemangku kebijakan terkait larangan mudik.

Dilema mudik lebaran

Seringkali kita mendengar celotehan teman, keluarga, tetangga bahkan mungkin akademisi mengenai seputar larangan mudik lebaran oleh pemertintah. Alasan preventif terhadap lonjakan kasus Covid-19 seolah tidak relevan lagi, karena faktanya kebijakan tersebut kontras dengan realitas di masyarakat. Pariwisata tetap buka. Kebiasaan nongkrong dan ngopi masih saja dijalankan. Belum lagi dengan tidak adanya jaminan kapan wabah Covid-19 akan beres.

Situasi di atas mengilustrasikan kondisi masyarakat maupun pemerintah sebagai pemangku kebijakan berada di ruang dilema. Kita sebagai sebuah entitas kelompok memiliki insentif (hak) yang jelas dan tidak ambigu dalam menetapkan sebuah pilihan.

Pilihan tersebut akan memiliki konsekuensi tersendiri di mana ketika pilihan itu menjadi alternatif bersama dalam kelompok tertentu akan menimbulkan hal buruk bagi semua kelompok ketimbang hal baik yang jika tidak seorang pun mengambil pilihan tersebut.

Sebaliknya apabila orang menyangkal keuntungan pribadi yang sifatnya segera (immediate benefit) untuk masing-masing dirinya, hal ini justru akan menghasilkan kebaikan bersama, khususnya dalam jangka panjang (collective interest) [Weiten, 1989].

Dalam konteks mudik lebaran, meskipun hal ini merupakan pilihan sulit, kita patut optimistis bahwa pemerintah mestinya sudah memperhitungkan betul dampak dikeluarkannya putusan larangan mudik tahun ini.

Upaya langkah jitu pemerintah dalam pengawalan putusan serta antisipasi terkait dampak larangan tersebut patut kita tunggu dan kawal bersama sehingga masyarakat tidak menderita berkepanjangan.

Mengalah tidak mudik

Bagi sebagian masyarakat memaksakan diri untuk mudik ke kampung halaman pada saat perayaan Idul Fitri bukanlah perkara sulit. Berdasarkan pengalaman lebaran sebelumnya, banyak kelonggaran di lapangan yang dapat disiasati oleh mereka.

Berkumpul dengan sanak dan keluarga memang hak semua orang. Namun penting bagi masyarakat untuk mempertimbangkan kemungkinan dampak buruk akibat pilihan kita yang tidak bijak ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanah Orangtua Dijual Tanpa Sepengetahuannya, Adik Bacok Kakak di Kampar

Tanah Orangtua Dijual Tanpa Sepengetahuannya, Adik Bacok Kakak di Kampar

Regional
Warga Cianjur Kaget Wanita yang Dinikahinya Ternyata Seorang Pria

Warga Cianjur Kaget Wanita yang Dinikahinya Ternyata Seorang Pria

Regional
Saiful Tewas Usai Ditangkap Polisi, Istri: Suami Saya Buruh Tani, Tak Terlibat Narkoba

Saiful Tewas Usai Ditangkap Polisi, Istri: Suami Saya Buruh Tani, Tak Terlibat Narkoba

Regional
KLB Diare di Pesisir Selatan Sumbar, Ada 150 Kasus dan 4 Orang Meninggal

KLB Diare di Pesisir Selatan Sumbar, Ada 150 Kasus dan 4 Orang Meninggal

Regional
Guru Honorer di Maluku Dipecat Setelah 11 Tahun Mengabdi, Pihak Sekolah Berikan Penjelasan

Guru Honorer di Maluku Dipecat Setelah 11 Tahun Mengabdi, Pihak Sekolah Berikan Penjelasan

Regional
Pikap Pelat Merah Angkut Ribuan Liter Miras di Gorontalo

Pikap Pelat Merah Angkut Ribuan Liter Miras di Gorontalo

Regional
Pengantin Wanita Tak Datang di Pernikahan, Pria di Lamongan Rugi Rp 24 Juta, Kenal di Medsos

Pengantin Wanita Tak Datang di Pernikahan, Pria di Lamongan Rugi Rp 24 Juta, Kenal di Medsos

Regional
Sempat Tertutup Longsor, Jalur Ende-Wolotopo NTT Sudah Bisa Dilalui Kendaraan

Sempat Tertutup Longsor, Jalur Ende-Wolotopo NTT Sudah Bisa Dilalui Kendaraan

Regional
Kronologi Pembunuhan Wanita PSK di Kuta Bali, Korban Ditikam dan Dimasukkan dalam Koper

Kronologi Pembunuhan Wanita PSK di Kuta Bali, Korban Ditikam dan Dimasukkan dalam Koper

Regional
7 Bacalon Bupati dan Wakil Bupati Daftar di PDI-P untuk Pilkada Pemalang

7 Bacalon Bupati dan Wakil Bupati Daftar di PDI-P untuk Pilkada Pemalang

Regional
Kades Terdakwa Kasus Pemerkosaan di Mamuju Divonis Bebas, Kejari Ajukan Kasasi

Kades Terdakwa Kasus Pemerkosaan di Mamuju Divonis Bebas, Kejari Ajukan Kasasi

Regional
Kakak Angkat di Ambon Bantah Telantarkan Adik di Indekos

Kakak Angkat di Ambon Bantah Telantarkan Adik di Indekos

Regional
7 Pria Perkosa Anak di Bawah Umur di Bangka, 5 Pelaku Masih Buron

7 Pria Perkosa Anak di Bawah Umur di Bangka, 5 Pelaku Masih Buron

Regional
Ibu dan Anak di Ende Tertimpa Material Longsor, 1 Tewas

Ibu dan Anak di Ende Tertimpa Material Longsor, 1 Tewas

Regional
Diduga Dipukuli Anak Kandung Pakai Kursi, Ibu di Palembang: Lama-lama Saya Bisa Mati karena Dia

Diduga Dipukuli Anak Kandung Pakai Kursi, Ibu di Palembang: Lama-lama Saya Bisa Mati karena Dia

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com