Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Eduart Wolok
Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Provinsi Gorontalo

Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Provinsi Gorontalo dan Rektor Universitas Negeri Gorontalo

 

Memahami Islam Gorontalo sebagai Tradisi Diskursif

Kompas.com - 17/04/2021, 21:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Falsafah ini kembali berubah maknanya di bawah kesultanan Eyato (1673) menjadi lebih eksplisit mendudukkan Islam sebagai sumber dari adat dan Istiadat Gorontalo. Falsafah itu, sekali lagi berbunyi “adati topa-topango to syara’a, syara’a topa-topango to quruani” atau “adat bersendi syara’, dan syara bersendi pada Al Quran”.

Sepintas, orang akan berkesimpulan bahwa perubahan falsafah adat Gorontalo ini meniscayakan eksklusivisme Islam. Namun demikian, bagi sejarawan kawakan Gorontalo Kuno Kaluku, tafsir terhadap falsafah Gorontalo ini bersumber dari pemaknaan orang-orang Gorontalo terhadap alam sebab antara Islam dan kebudayaan Gorontalo memiliki kesamaan prinsipil.

Kaluku, dikutip melalui SR Nur di dalam Ruh Islam dalam Budaya Nusantara: Etos Kerja Masyarakat Gorontalo (Yayasan Festival Istiqlal, 1996) menulis, “Adat Gorontalo itu berdasar pada ketentuan-ketentuan alam yang merupakan satu rahmat yang diperoleh dari nenek moyang orang Gorontalo...”.

Lebih lanjut lagi, Kaluku menebalkan definisi adat Gorontalo sebagai “[praktik] orang dan masayarakat Gorontalo yang berkembang menjadi guru. Dan, alam itulah amanat yang diterima dari Allah SWT oleh moyang kita”. Artinya, adat dan kebiasaan Gorontalo itu tidak turun dari langit begitu saja, melainkan terbentuk lewat kedekatan mereka dengan alam sebelum kemudian didefinisikan kembali seturut masuknya Islam dan dipertahankan hingga saat ini.

Praktik Islam diskursif

Di zaman kiwari, salah satu praktik Islam Gorontalo ini, bisa kita lihat dalam menyambut dan menjalani Ramadhan. Dalam proses menyambut ini, di Gorontalo, sehari sebelum Ramadhan dikenal tradisi Huwi lo Yimelu, atau Menyambut Malam Ramadhan.

Tradisi ini bermanifestasi ke dalam praktik saling tegur sapa, juga silaturahmi, atau yang paling intim adalah bermaaf-maafan.

Setelah menjalin tali silaturahmi, biasanya umat Islam Gorontalo membersihkan badan dengan menggunakan bahan alami seperti kelapa dan dedaunan untuk mengharumkan tubuh. Praktik ini disusul dengan "mongoloto malu’o" atau menyembelih ayam yang dilakukan oleh para pegawai syar’i (biasanya di kampung-kampung).

Cara ini dilakukan untuk memperkenalkan Ramadhan ini kepada anak-anak bahwa Ramadhan harus dimuliakan. Ayam-ayam ini tidak dimakan sendiri, melainkan dibagikan kepada tetangga (mongohi malu’o) untuk semakin mempererat tali silaturahmi antar-mereka.

Contoh lain yang masih berkaitan erat dengan Ramadhan adalah tradisi Malam Qunut, atau perayaan malam ke-15 Ramadhan. Biasanya, setelah melaksanakan shalat tarawih di masjid, masyarakat lalu berkumpul, bercerita, sambil makan kacang dan pisang.

Tradisi ini juga diikuti oleh ritual mandi dosa. Salah satu sumur tua di Gorontalo yang berada di Desa Batuda’a lah yang diambil airnya dalam melaksanakan ritual ini. Masyarakat percaya bahwa dosa-dosa mereka akan terhapus setelah melaksanakan ritual tersebut dan paling penting, di dalam konstruk kebudayaan masyarakat muslim Gorontalo, tradisi ini adalah salah satu bagian dari ekspresi Islam. Karena ia merupakan ekspresi Islam, maka, dengan demikian, tradisi ini menjadi sakral meskipun pada taraf tertentu, ini tidak menjadi sebuah kewajiban yang mengikat.

Islam sebagai tradisi diskursif di Gorontalo juga meniscayakan praktik Islam moderat. Dimaksud moderat karena ia bertitikpangkal pada satu pemahaman bahwa Islam dipraktikkan secara inklusif dan menerima berbagai perbedaan.

Baca juga: Sabar Sumber Kebahagiaan

 

Perbedaan pertama ini terlihat dari penerimaan Islam terhadap adat Gorontalo, dan kedua, terlihat dari hubungan antara masyarakat muslim dan non-muslim. Alih-alih menyebut non-muslim sebagai orang kafir (kafiru), mereka disebut sebagai manusia yang, “jaatiluna taliye” atau “tidak disunat”.

Sebaliknya, kata kafiru justru sering terdengar di kalangan muslim sendiri ketika merujuk pada individu yang melakukan penyimpangan terhadap nilai-nilai keislaman. Fenomena ini mengasumsikan bahwa praktik Islam di Gorontalo itu cenderung hati-hati dan lebih menekankan pada hubungan bersama.

Beberapa tradisi yang telah dijelaskan di atas ini, tentu tidak semuanya. Masih ada berbagai praktik Islam di Gorontalo yang layak untuk menjadi bahan refleksi bersama. Namun penting diingat bahwa praktik-praktik ini tidak lahir dari ruang vakum sejarah, tetapi telah melalui definisi dan redefinisi sepanjang sejarah.

Di sisi lain, tradisi ini penting untuk diangkat kembali ke permukaan sebagai pembacaan alternatif Islam ala Nahdlatul Ulama yang konsen kepada kebudayaan masyaraka lokal terhadap fenomena keislaman yang sifatnya keras dan literal atomistik dalam menafsirkan Al Quran.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Buntut Pencemaran Laut, DKP Jateng Pastikan Tambak Udang di Karimunjawa Ditutup Tahun Ini

Buntut Pencemaran Laut, DKP Jateng Pastikan Tambak Udang di Karimunjawa Ditutup Tahun Ini

Regional
Kronologi 3 Pria di Demak Paksa Bocah 13 Tahun Berhubungan Badan dengan Pacar, Direkam lalu Diperkosa

Kronologi 3 Pria di Demak Paksa Bocah 13 Tahun Berhubungan Badan dengan Pacar, Direkam lalu Diperkosa

Regional
[POPULER REGIONAL] Polemik Jam Operasional Warung Madura | Cerita di Balik Doa Ibu Pratama Arhan

[POPULER REGIONAL] Polemik Jam Operasional Warung Madura | Cerita di Balik Doa Ibu Pratama Arhan

Regional
Sebelum Lawan Korsel, Arhan Pratama Sempat 'Video Call' Ibunda

Sebelum Lawan Korsel, Arhan Pratama Sempat "Video Call" Ibunda

Regional
Akhir Pelarian Renternir yang Balik Nama Sertifikat Tanah Peminjamnya untuk Agunan Bank

Akhir Pelarian Renternir yang Balik Nama Sertifikat Tanah Peminjamnya untuk Agunan Bank

Regional
Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Regional
Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Regional
Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Regional
Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Regional
Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Regional
Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Regional
Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Regional
Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com