Usai menjalani operasi, A sempat menangis keras dan mengerang memberontak tanpa sadar, hingga tubuhnya harus diikat tali sebanyak 8 simpul di ranjang.
Selama 5 hari mendapatkan perawatan di RSUD dr R Koesma Tuban, kondisi A akhirnya membaik dan diizinkan untuk pulang ke rumah.
Tetapi, sebelumnya pihak keluarga harus melunasi biaya tindakan medis selama perawatan.
Saat hendak mengurus administrasi, AS baru mengetahui bahwa ternyata semua biaya operasi dan tindakan medis selama perawatan sudah ditanggung oleh Dinas Sosial dan Perlindungan Perempuan dan Anak (Dinsos PPA) Kabupaten Tuban.
"Alhamdulillah, saat mau pulang, semua biaya pengobatan anak saya ditanggung oleh Dinas Sosial Tuban," ujar AS.
Penyebab gegar otak terungkap
Sambil menunggu mencari pinjaman uang dan menunggu kondisi sang anak pulih pasca menjalani operasi, keluarga AS berusaha mencari tahu kejadian sebenarnya yang menimpa A dan sejumlah temannya.
Termasuk menanyakan kepada para temannya yang masih selamat, maupun yang lainnya terkait peristiwa yang sebenarnya.
Belakangan, AS diberi tahu bahwa A dan temannya menjadi korban pengeroyokan puluhan orang.
Hal itu merupakan buntut perkelahian anggota perguruan silat di Kawasan Industri Tuban, Kecamatan Jenu, Tuban, pada Minggu (11/4/2021) lalu.
AS menilai, peristiwa yang menimpa anaknya dan yang lainnya tersebut salah sasaran.
Sebab, A dan teman-temannya tidak tahu permasalahan soal perkelahian di antara perguruan silat.
Apalagi, mereka yang menjadi korban tersebut masih anak-anak yang butuh perlindungan dan bukan anggota perguruan silat yang sedang bermasalah.
AS kemudian melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian setempat.
Menurut dia, hingga saat ini keluarga korban yang melapor ke polisi hanya dirinya. Sedangkan keluarga teman anaknya yang juga menjadi korban masih belum berani lapor.
"Mungkin khawatir kalau lapor nanti justru akan mengancam keluarganya, soalnya pihak yang dilaporkan kan anggota perguruan silat," ujar AS.