Kronologi 3 Pemuda Iseng Lempari Bus Trans Sumatera dengan Batu, Pura-pura Jadi Penumpang

KOMPAS.com- Aksi iseng tiga orang pemuda membuat mereka berurusan dengan polisi.

Tiga pemuda yakni MK (18), MR (18) dan IS (16) itu melempari bus trans Sumatera dengan batu hingga memecahkan kaca bus.

Peristiwa itu terjadi di Desa Aramiyah, Kecamatan Bireum Bayeun, Kabupaten Aceh Timur, Jumat (16/4/2021).

Baca juga: Bus Trans Sumatera Dilempari Batu, 3 Pelaku Ditangkap

Pura-pura jadi penumpang

(Dok. Shutterstock) Ilustrasi bus yang sedang menempuh perjalanan

Mereka mulanya berpura-pura menjadi penumpang bus yang dikendarai oleh seorang sopir bernama Welly Saputra.

Bus pun akhirnya berjalan perlahan saat melihat tiga pemuda itu.

Namun ternyata, pelaku seketika melempar batu ke arah bus saat kendaraan tersebut berjalan melambat. Para pelaku kemudian melarikan diri.

Baca juga: Niat Kuliah Tak Kesampaian, Hermawan Pergi, Ditemukan 15 Tahun Kemudian dalam Kondisi Gangguan Jiwa

KOMPAS.com/NURWAHIDAH Ilustrasi Polisi

Kaca pecah, sopir lapor polisi

Akibat lemparan iseng tiga pemuda itu, bus mengalami pecah pada bagian kaca.

Bus juga rusak pada bagian depan, kaca samping kanan dan lecet di seluruh badan bus.

Usai insiden pelemparan itu, sopir bus pun melapor ke kepolisian.

“Sopirnya melapor ke Polsek pada malam kejadian itu juga. Nah, tim piket dan saya langsung ke lokasi, mengamankan penumpang dan memburu pelaku dengan ciri-ciri yang telah dijelaskan sopir,” kata Eko.

Baca juga: Perjalanan Sayuti Bangun Tembok 2,5 Meter di Jalan Perumahan hingga Akhirnya Dirobohkan TNI-Polri dan Warga

Pelaku ditangkap

SHUTTERSTOCK Ilustrasi borgol.

Ketiganya adalah warga Desa Aramiyah, Kecamatan Bireum Bayeun, Aceh Timur.

Ketiganya saat ini ditahan di Mapolsek untuk proses lebih lanjut.

“Kita bersyukur bisa menangkap pelakunya. Agar menjadi efek jera, ini diproses sesuai hukum yang berlaku. Saya imbau jangan iseng melempari bus di jalan raya. Itu membahayakan jiwa manusia,” pesan Eko.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Lhokseumawe, Masriadi | Editor : Abba Gabrillin)