Langkah perluasan wilayah kekuasaan Majapahit pun dimulai.
Hingga Hayam Wuruk naik tahta, Gajah Mada masih memegang jabatannya sebagai patih amangku bhumi.
Wilayah Majapahit pun semakin luas berkat kegigihan Gajah Mada mewujudkan program politik penyatuan nusantara.
Slamet Muljana mengungkapkan, wilayah Majapahit di puncak jayanya melebihi dari mimpi penyatuan nusantara yang diumumkan Gajah Mada, saat diangkat sebagai patih amangku bhumi.
Dalam Negarakertagama pupuh 13 dan 14, tercatat semua daerah Nusantara yang berlindung di bawah kerajaan Majapahit, luas dan jumlah wilayah lebih dari yang diharapkan Gajah Mada.
"Terbukti, nama-nama negara nusantara yang tercatat dalam pupuh tersebut jauh lebih banyak daripada yang dinyatakan dalam sumpah Nusantara," ungkap Slamet Muljana.
Di masa Hayam Wuruk, Majapahit mencapai puncak kejayaan. Gajah Mada yang diangkat sebagai patih amangku bhumi sejak masa Prabu Tribhuwana Tunggadewi menjadi sosok penting di belakangnya.
Dalam buku "Jayaning Majapahit: Kisah Para Kesatria Penjaga Samudra" karya Agus S Soerono (2014), Gajah Mada sudah diusulkan menjadi patih amangku bhumi sejak awal Tribhuwana naik tahta.
Saran itu disampaikan Aria Tadah, patih amangku bhumi sebelum Gajah Mada. Namun, karena merasa belum pantas, Gajah Mada saat itu tidak mau menerimanya.
Setelah beberapa tahun mengabdi dan kondisi Majapahit relatif lebih tenang, Gajah Mada kembali menerima permintaan dari penguasa Majapahit untuk menjadi patih amangku bhumi.
Kali ini, Gajah Mada menyatakan kesediaannya untuk menjadi patih amangku bhumi, menggantikan Aria Tadah.
Beberapa hari menjelang pengukuhan dirinya, Gajah Mada melakukan perenungan, terkait apa yang akan dilakukan saat menjadi pejabat penting setelah raja.
Dari hasil perenungannya, Gajah Mada kemudian mengambil sumpah untuk mempersatukan Nusantara di bawah Panji Kerajaan Majapahit.
Jejak arkeologis peninggalan Kerajaan Majapahit banyak dijumpai di daerah Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Menurut Wicaksono Dwi Nugroho, arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, berbagai benda purbakala yang banyak ditemukan di kawasan Cagar Budaya Nasional Trowulan, membuktikan keberadaan dan eksistensi Kerajaan Majapahit di masa lampau.
Majapahit bukan sekedar mitos ataupun dongeng. Jejak arkeologis membuktikan bahwa Majapahit pernah ada di wilayah Nusantara, tumbuh sebagai negara besar dan maju, serta mampu membangun peradaban.
"Berdasarkan bukti arkeologis, Majapahit memang ada, bahkan bukan sekedar pernah ada. Majapahit merupakan negara besar dan memiliki peradaban maju," kata Wicaksono kepada Kompas.com.
Berbagai catatan sejarah mengungkapkan, Kerajaan Majapahit berdiri pada akhir akhir abad ke-13, memasuki puncak kejayaan pada abad ke-14, dan diperkirakan runtuh pada abad ke-16.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.