Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mama-mama Papua Jaga Hutan Perempuan di Teluk Youtefa, Pria yang Datang Harus Bayar Denda Adat

Kompas.com - 06/03/2021, 06:06 WIB
Rachmawati

Editor

"Di situ ada perbedaan pendapat yang cukup rumit. Makanya perempuan jangan naik dengar itu, perempuan tidak boleh dengar. Ini sebatas laki-laki."

Baca juga: Seluruh Kabupaten dan Kota di Papua Telah Mulai Vaksinasi Covid-19

"Jadi perempuan itu dikatakan orang yang paling bersih, dia tidak boleh dengar kata-kata kasar dan itu dijaga sekali dalam prinsip-prinsip hukum adat kami karena mereka orang utama dalam kehidupan di kampung," ungkap Ori.

Ia pun menganggap Hutan Perempuan yang terus lestari selama tujuh generasi dengan tradisi yang menyertainya adalah sesuatu yang "mistik".

"Nggak boleh kita cerita ke suami atau orang lain, atau laki-laki lain atau perempuan lain yang tinggal di rumah, kecuali dia ke sana (Hutan Perempuan), baru dia tahu. Itu mistiknya dan itu rahasia, dan mengandung prinsip-prinsip perempuan."

Baca juga: Kisah Sigit Arifianto, Guru di Papua yang Membangun Edutech Lister

Makin sedikit generasi muda yang peduli

Bunga, remaja perempuan Enggros dengan latar belakang Hutan PerempuanAyomi Amindoni Bunga, remaja perempuan Enggros dengan latar belakang Hutan Perempuan
Sayangnya, kearifan lokal di Hutan Perempuan kini mulai tergerus oleh perkembangan zaman.

Mama Ani menuturkan makin sedikit perempuan muda Enggros yang peduli untuk melestarikan tradisi Hutan Perempuan. Sehingga tumpuan harapan pelestarian, kini berada di pundak mama-mama Enggros yang telah lanjut usia.

"Mungkin ada satu, dua orang yang bisa ingat, dia waktu kecil sedang ikut mamanya, dia tahu [tentang hutan perempuan. Tapi sebagian besar sudah makin menghilang."

"Mungkin nanti hutan ini mama-mama kami yang ada ini saja, mungkin hilang di situ," tutur Ani.

Baca juga: Usai Pelantikan Bupati Asmat di Jayapura, Massa di Kota Agats Rusak Rumah Dinas hingga Kantor KPU

Mama Prisilla beralasan, kebanyakan perempuan muda "gengsi" untuk mencari kerang di hutan bakau.

Sementara Orgenes mengatakan perbedaan pola pikir menjadi penyebab makin sedikitnya remaja Enggros yang melestarikan Hutan Perempuan.

Selain memilih untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, perempuan muda Enggros banyak yang memilih keahlian lain, seperti menganyam dan atau berdagang.

"Dulu mereka [ke hutan perempuan], karena keahlian mereka di bidang itu saja. Sekarang berubah, akhirnya [jumlah] mereka berkurang ke hutan perempuan. Ini yang membuat perempuan Enggros mendapat ancaman lebih keras di tengah pembangunan," jelas Ori.

Baca juga: Akibat Cuaca Buruk, Helikopter Tujuan Mimika Mendarat Darurat di Lapangan Bola di Jayapura

'Tradisi yang melekat'

Ati Agustina Rumboyrusi, perempuan muda Enggros yang masih melestarikan kearifan lokalAyomi Amindoni Ati Agustina Rumboyrusi, perempuan muda Enggros yang masih melestarikan kearifan lokal
Akan tetapi, itu tak berlaku bagi Ati Agustina Rumboyrusi.

Perempuan berusia 33 tahun itu masih melakukan aktivitas mencari kerang di hutan bakau yang diajarkan neneknya sejak kecil.

"Itu memang sudah menjadi satu tradisi yang memang melekat pada kehidupan kami. Karena semenjak kami kecil, masa kami sekolah, itu yang menjadi mata pencaharian orang tua kami," jelas ibu dari tiga anak ini.

"Saya belajar untuk tahu, akhirnya jadi kebiasaan saya. Ketika saya berkeluarga, itu juga jadi mata pencaharian saya," lanjutnya.

Baca juga: Periksa Jalan Trans Papua Ruas Jayapura-Wamena, Wamen PUPR: Ada yang Rusak dan Berlumpur

Sayangnya, dari hari ke hari hasil tangkapannya terus berkurang. Ia kerap harus kembali ke Hutan Perempuan beberapa kali, sebelum akhirnya menjual kerang tangkapannya ke pasar.

"Kalau memang tidak mencukupi, kita simpan dulu. Kita gantung di bawah kolong rumah, itu kan ada jaring yang dijahit model seperti sarung, diisi, digantung, tinggal di bawah.

"Besok kita cari lagi. Begitu dan seterusnya sehingga hasilnya cukup, lalu kita jual," katanya.

Satu tumpuk bia noor ukuran besar, biasanya ia jual seharga Rp 50.000. Sementara ukuran lebih kecil, ia jual Rp 25.000 per tumpuk.

Baca juga: 3.464 Tenaga Kesehatan di Kota Jayapura Mulai Divaksin Covid-19

Satu tumpuk kerang dijual dengan kisaran harga Rp25.000 hingga Rp50.000Ayomi Amindoni Satu tumpuk kerang dijual dengan kisaran harga Rp25.000 hingga Rp50.000
Selain dijual, kerang ia dapat juga untuk mencukupi kebutuhan lauk keluarganya.

"Kalau memang tidak ada uang untuk beli sayur atau bumbu, itu cukup dimasak dengan garam saja sudah enak karena rasanya memang sudah enak. Jadi tidak perlu dengan bumbu," ujar Ati.

Bagi Ati, hutan perempuan adalah "rumah" bagi perempuan Enggros yang harus dilestarikan.

"Hutan istilahnya rumah kami, khususnya kaum perempuan di kampung ini. Jadi tentunya harapan saya untuk kita mari kita sendiri harus menjaga sebagaimana mestinya," kata Ati.

"Hutan istilahnya rumah kami," kata Ati Agustina Rumboyrusi, mendeskripsikan Hutan Perempuan

Baca juga: DPO Pencari Senjata dan Amunisi untuk KKB Ditangkap di Jayapura

Senada, Mama Ani berharap agar remaja perempuan Enggros tergerak untuk melestarikan Hutan Perempuan.

"Mama mau itu mereka harus belajar juga, jadi mereka belajar untuk pertahankan hutan kami supaya jangan hutan kami hilang, supaya budaya kami pun jangan hilang."

"Mama berharap mama-mama yang lain bisa ajak anaknya untuk belajar bagaimana kehidupan dalam Hutan Perempuan ini," harap Mama Ani.

Sayangnya, Hutan Perempuan kini menghadapi beragam ancaman yang berdampak pada makin menyusutnya luasan hutan akibat pembangunan dan pencemaran lingkungan akibat sampah perkotaan yang bermuara di Teluk Youtefa.

Liputan mendalam tentang kerusakan ekosistem di Hutan Perempuan, bisa Anda simak di artikel lain yang akan diterbitkan untuk memperingati Hari Hutan Sedunia pada 21 Maret 2021.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dirundung, Puluhan Siswi SMA Wira Bhakti Gorontalo Lari dari Sekolah

Dirundung, Puluhan Siswi SMA Wira Bhakti Gorontalo Lari dari Sekolah

Regional
Dituding Lecehkan Gadis Pemohon KTP, ASN Disdukcapil Nunukan: Saya Tidak Melakukan Itu

Dituding Lecehkan Gadis Pemohon KTP, ASN Disdukcapil Nunukan: Saya Tidak Melakukan Itu

Regional
Longsor di Pinrang, Batu Seukuran Mobil dan Pohon Tumbang Tutupi Jalan

Longsor di Pinrang, Batu Seukuran Mobil dan Pohon Tumbang Tutupi Jalan

Regional
Transaksi Seksual di Balik Pembunuhan Gadis Muda Dalam Lemari di Cirebon

Transaksi Seksual di Balik Pembunuhan Gadis Muda Dalam Lemari di Cirebon

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Sedang

Regional
Lontaran Pijar Gunung Ibu Capai 1.000 Meter di Bawah Bibir Kawah

Lontaran Pijar Gunung Ibu Capai 1.000 Meter di Bawah Bibir Kawah

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Berawan

Regional
Mati Terkena Tombak, Bangkai Paus Kerdil Terdampar di Botubarani

Mati Terkena Tombak, Bangkai Paus Kerdil Terdampar di Botubarani

Regional
Ibu Melahirkan di Ambulans karena Jalan Rusak, Dinkes Kalbar Bersuara

Ibu Melahirkan di Ambulans karena Jalan Rusak, Dinkes Kalbar Bersuara

Regional
[POPULER NUSANTARA] Pabrik Sepatu Bata di Karawang Tutup | Kades di Blora Tewas Tersengat Listrik

[POPULER NUSANTARA] Pabrik Sepatu Bata di Karawang Tutup | Kades di Blora Tewas Tersengat Listrik

Regional
Ketiduran Sambil Bawa Emas, Nenek 87 Tahun Jadi Korban Perampokan

Ketiduran Sambil Bawa Emas, Nenek 87 Tahun Jadi Korban Perampokan

Regional
Kemenkes Berikan Beasiswa Kedokteran Khusus untuk Anak Asli Natuna

Kemenkes Berikan Beasiswa Kedokteran Khusus untuk Anak Asli Natuna

Regional
Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com