Ruslan sangat hiperaktif hingga membuat Jaya kewalahan. Bocah itu kerap mengamuk tanpa sebab.
"Kalau mengamuk parah pokoknya, ndak sanggup saya, meski saya tahan badannya supaya diam, tidak dihiraukannya, banyak bekas luka di badannya itu karena goresan kuku saya yang tergesek kulitnya waktu mencoba tenangkan dia setiap kali mengamuk," tutur Jaya.
Bahkan tak jarang, amukan Ruslan membahayakan dirinya sendiri.
"Setiap hari dia mengamuk, biasanya waktu lapar, dia benturkan kepalanya ke lantai, dia tanduk dinding papan, sampai berdarah-darah, kadang saya tenangkan, saya obati lukanya dengan minyak batu atau minyak mentah," katanya.
Ruslan sering buang air kecil dan besar sembarangan di dalam rumah. Bocah itu juga kerap kabur dari rumah.
Kondisi Ruslan tersebut membuat Jaya terpaksa menguatkan hati mengikat Ruslan ke pohon.
Ia juga selalu mengikatkan tali panjang ke kaki Ruslan yang terhubung dengan kakinya.
"Kalau saya tidur, saya buat simpul mati, saya ikat talinya di kaki Ruslan, simpul satunya saya ikatkan di kaki atau tangan saya, begitu dia mencoba lari jauh, saya pasti bangun karena pengaruh tali itu kan," lanjutnya.
Bocah itu sering lari dari rumah dan mengambil makanan di warung orang seenaknya.
Ruslan pun sering merusak tanaman warga hingga mencorat-coret sembarangan.
Tak sekali dua kali Jaya meminta maaf pada para tetangga sembari menjelaskan keadaan anak asuhnya itu.
Jaya terus mencoba bersabar meski kerap dihina oleh tetangga.
Baca juga: Jejak Sejarah Loji Gandrung, Rumah Dinas Wali Kota Solo yang Akan Ditempati Gibran