Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hiperaktif, Bocah 9 Tahun Penyandang Disabilitas Diikat ke Pohon dan Dikurung Dalam Rumah

Kompas.com - 28/02/2021, 07:55 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Khairina

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com – Suara mesin motor milik Abdul Jaya (50) disambut sebuah teriakan dari dalam gubuk berukuran 3 x 3 meter, di Jalan Pesantren, Nunukan, Kalimantan Utara.

Suara berisik dan gedoran pada dinding papan menandakan penghuninya sudah sangat familiar dan sangat hafal suara mesin motor yang mendekat.

Saat gembok di pintu gubuk dibuka, terlihat bocah berusia 9 tahun berkepala plontos dan hanya mengenakan celana kolor panjang warna hitam menghambur keluar.

Si bocah dengan suara gagu melihat tajam pada Abdul Jaya, orang yang selama sekitar 7 tahun mengasuh dan membesarkannya.

Baca juga: Kisah Risalianus, Bocah Kelas 6 SD Berkebun untuk Hidupi Ayah yang Lumpuh dan Ibu Bisu

Tangannya menengadah dan langsung memegang kantung plastik berisi gorengan tahu isi dan pisang yang merupakan menu makan siang mereka berdua.

‘’Ayo Pak, makan sama-sama, inilah menu makan siang kami,’’tawar Abdul Jaya saat Kompas.com mengunjungi rumahnya, Jumat (26/2/2021).

Si bocah yang biasa dipanggil Ruslan tersebut dengan lahap mengunyah gorengan yang baru saja dibeli ayahnya, wajahnya terlihat ceria dan terus tersenyum.

Sambil makan, ia naik pohon, berlari, memukul-mukul tanah, dan mencari ranting kering untuk mainan, tangannya sesekali dipukulkan ke kepalanya cukup keras.

Jaya menuturkan, Ruslan memang sangat hiperaktif, ia tidak bisa diam dan seringkali mengamuk tanpa sebab.

‘’Kalau mengamuk parah pokoknya, ndak sanggup saya, meski saya tahan badannya supaya diam, tidak dihiraukannya, banyak bekas luka di badannya itu karena goresan kuku saya yang tergesek kulitnya waktu mencoba tenangkan dia setiap kali mengamuk,’’tuturnya.

Terpaksa diikat dan dikurung dalam rumah

Polah Ruslan diakui Jaya dikeluhkan masyarakat, sudah seringkali Ruslan lari dari rumah, bocah tersebut mengambil makanan dan minuman di warung seenaknya, merusak tananam atau mencoret coret properti orang dengan batu atau benda yang didapatnya di jalan.

Sejak kecil, Ruslan sudah tidak bisa bicara, sehingga ekspresi tak biasa yang diperlihatkan kemungkinan emosi yang muncul atau keinginan yang tak bisa dia jelaskan akibat keadaannya tersebut.

‘’Setiap hari dia mengamuk, biasanya waktu lapar, dia benturkan kepalanya ke lantai, dia tanduk dinding papan, sampai berdarah-darah, kadang saya tenangkan, saya obati lukanya dengan minyak batu atau minyak mentah,’’katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com