Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Longsor di Garut Meluas, Jumlah Pengungsi Bertambah

Kompas.com - 15/02/2021, 13:18 WIB
Ari Maulana Karang,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

GARUT, KOMPAS.com - Longsor dan pergerakan tanah di Kampung Cipager, Desa Karyamekar, Kecamatan Cilawu, masih terus terjadi.

Jumlah rumah warga yang terdampak juga terus bertambah pasca longsor yang terjadi pada Jumat (12/2/2021).

Camat Cilawu Mekarwati mengatakan, hingga Senin (15/2/2021), jumlah rumah yang masuk zona merah dan tidak boleh ditempati lagi sudah mencapai 45 rumah.

Jumlah itu terdiri dari 58 kepala keluarga.

Baca juga: 271 Desa di Garut Gelar Pilkades Tahun Ini, Minat Warga Jadi Kades Tinggi di Masa Pandemi

Sementara, luas lahan yang tertimbun longsor seluas 3 hektar.

"Awalnya longsoran itu sepanjang 500 meter dengan ketinggian 50 meter. Sekarang terus melebar mengancam permukiman," kata dia.

Mekarwati menyampaikan, lokasi longsor masih belum aman, mengingat masih terus terjadi pergerakan tanah. Warga saat ini diungsikan di dua titik pengungsian.

Dari pantauan Kompas.com di lokasi, rumah-rumah yang berada di zona merah berada di bagian atas bukit.

Bibir longsoran terus bergeser mendekati pemukiman warga.

Wahidin (72), warga yang rumahnya berada di belakang garis polisi mengatakan, pada Minggu malam sedikitnya terjadi lima kali pergerakan tanah yang diikuti suara dentuman.

"Ada suara seperti drum dijatuhkan begitu ada longsor susulan," kata Wahidin saat ditemui di dekat rumahnya, Senin.

Baca juga: Sungai Meluap, 35 Rumah di Banjarwangi Garut Terdampak Banjir Bandang

Meski jumlah pengungsi terus bertambah dan longsoran meluas, Pemerintah Daerah Kabupaten Garut sampai saat ini belum menetapkan status bencana yang terjadi di Kampung Cipager, Desa Karyamekar.

"Kita ingin mendorong Pemda, terutama Bupati Garut menetapkan tanggap darurat untuk bencana ini," kata Wakil Ketua Komisi IV DPRD Garut Yudha Puja Turnawan di lokasi longsor, Senin.

Yudha yang juga ketua DPC PDI Perjuangan menuturkan, dengan adanya penetapan status tanggap darurat, maka penanganan bencana bisa lebih maksimal, karena bisa menggunakan dana biaya tidak terduga (BTT) di APBD Garut.

"Jangan seperti di Desa Girimukti yang kantor desanya rusak karena bencana, karena tidak ada penetapan status darurat bencana. Jadi tidak bisa diperbaiki, harus tunggu tahun depan," kata dia.

Yudha mengatakan, dilihat dari skala bencananya, apa yang terjadi di Kampung Cipager cukup mengkhawatirkan.

Ada 45 rumah yang saat ini tidak bisa lagi ditempati, karena rawan longsor susulan. Terdapat 58 KK yang menjadi pengungsi.

"Jumlah ini masih bisa bertambah, karena longsor dan pergerakan tanah masih terus terjadi," kata Yudha.

Menurut Yudha, PDI-P sudah membangun posko bencana di Kampung Cipager dan membuka dapur umum bagi para pengungsi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com