Menurut sosilog Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Dr. Drajat Tri Kartono M.Si, berbagai macam respons masyarakat saat pelaksanaan gerakan "Jateng di rumah saja" dipicu perbedaan pemahaman terkait dampak covid di masyarakat.
Hal ini, menurutnya, juga dipengaruhi oleh dampak pandemi Covid-19 yang berbeda-beda di setiap daerah.
Termasuk kebijakan para kepala daerah dalam penanganan pandemi Covid-19 juga tidak seragam.
"Kenekaragaman ini membuat respon masyarakat saat pelaksanaan Jateng di rumah saja juga berbeda. Ada yang sangat berhati-hati, dan ada yang yang cuek saja. Diversifikasi sosial ini ternyata melintasi relasi kelas," katanya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (6/2/2021).
Drajat mengakui, untuk mengatasi keanekaragaman respon masyarakat di tengah pandemi itu, tak mudah.
Pendekatan government control di negara berasaskan demokrasi akan sulit dilakukan.
Untuk itu, Drajat berpendapat, cara yang bisa dilakukan pemerintah adalah menguatkan social dan cultural control.
"Di negara demokratis, seperti Indonesia, tak akan cukup dan mampu jika hanya menggunakan govermental control. Tokoh-tokoh agama, masyarakat harus dilibatkan," pungkasnya.
Baca juga: Nekat Balap Liar Saat Jateng di Rumah Saja, 19 Remaja Ditangkap Polisi
Sementara itu, Drajat mengimbau, masyarakat tetap waspada dan tak bisa abai terhadap pandemi Covod-19.
"Masyarakat harus memahami ini, bahwa dampak pandemi itu tak seragam. Jadi diharapkan tidak abaikan dn pandemi ini tidak akan selesai dengan cepat," pungkasnya.
(Penulis: Kontributor Tegal, Tresno Setiadi, Kontributor Semarang, Riska Farasonalia | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief, Dony Aprian)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.