Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merayakan 100 Tahun Dam Kawah Gunung Ijen Melalui Kartu Pos

Kompas.com - 06/02/2021, 07:08 WIB
Rachmawati

Editor

Menurut Lukman, selain memotret Bendungan Kawah Ijen, FH Gruyther juga membuat sejumlah foto di Kabupaten Banyuwangi mulai dari stasiun, pelabuhan, dan kondisi Banyuwangi saat iu.

Kala itu, selain menjadi fotografer, FH Gruyther juga publisher kartu pos yang dijual di tokonya di Banyuwangi.

Baca juga: Tips Wisata ke Kawah Ijen di Banyuwangi

Tempat persembunyian laskar Blambangan

Lukman menjelaskan nama Gunung Ijen masuk dalam laporan VOC sebagai salah satu lokasi persembunyian dan gerilya laskar Kerajaan Blambangan (cikal bakal Kabupaten Banyuwangi) yang dipimpin Wong Agung Wilis.

Pemerintah Hindia Belanda kemudian menyewakan tanah yang cukup luas di sekitar Gunung Ijen kepada Kapten China asal Surabaya yang bernama Han Chan Pit serta saudaranya yang bernama Han Ki Kong pada tahun 1810 senilai 400.000 dolar Spanyol.

Perkebunan tersebut kemudian dipromosikan oleh Daendels selaku Gubernur Hindia Belanda.

Sebagai Mayor Cina,  Han Kik Ko, adik Han Chan Pit kemudian membeli distrik Probolinggo pada 1813.

Untuk mengolah lahan tersebut, didatangkan 40 ribu pekerja asal Madura.

Pada tahun 1813, para petani yang dipimpin Kiai Mas melakukan pemberontakan. Lahan tersebut kembali dibeli oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Baca juga: Kawah Ijen Dibuka Lagi, Jangan Lupa Taati Protokol Saat Berkunjung

Setelah peristiwa “Kepruk China”  semua lahan yang dikuasai sebelumnya oleh keluarga ini dibeli kembali oleh pemerintah Hindia Belanda.

Kawasan Puncak Ijen yang termasuk didalamnya akhirnya dibuka kembali untuk perkebunan kopi dan karet pada akhir ke-19. Ribuan orang dari Madura kembali didatangkan untuk mengolah lahan tersebut.

Nama Gunung Ijen semakin terkenal sekitar tahun 1971. Saat itu suami istri asal Prancis yang bernama Nicholas Hulot dan Katia Krfat datang ke Gunung Ijen. Mereka kemudian menuliskan pengalaman mereka di Gunung Ijen di majalah Geo Perancis.

Suami itu juga menceritakan kerasnya kehidupan penambang belerang serta keberadaan api biru di Gunung Ijen.

Sejak saat itu, Gunung Ijen menjadi salah satu destinasi wisata yang menjadi tujuan wisatawan mancanegara.

Baca juga: Hanya Ada Dua di Dunia, Uniknya Api Biru di Kawah Ijen

Promosi gratis tanah harapan di timur dunia

Lukman Hakim kolektor kartu pos menunjukkan kartu pos dengan foto Dam Kawah Ijen yang dibuat sekitar tahu 1900-an.Koleksi Lukman Hqeem Lukman Hakim kolektor kartu pos menunjukkan kartu pos dengan foto Dam Kawah Ijen yang dibuat sekitar tahu 1900-an.
Lukman mengatakan, kartu pos memilki peran penting dan berpengaruh signifikan di masa kolonial.

Kehadiran kartu pos di Hindia Belanda saat itu bersamaan dengan masa keemasan kolonial. Sehingga tak heran penggunaan kartu pos di masa itu cukup banyak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com