Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merayakan 100 Tahun Dam Kawah Gunung Ijen Melalui Kartu Pos

Kompas.com - 06/02/2021, 07:08 WIB
Rachmawati

Editor

"Dibandingkan dengan surat biasa, kartu pos memiliki keunggalan dan disukai karena ada foto sehingga penerima bisa mendapatkan gambaran lokasi pengirim berada," jelas Lukman.

Bagi orang Erapa saat itu, Hindia Belanda adalah "kepingan surga" yang eksotis.

Baca juga: Ahli Pastikan Gelombang Setinggi 3 Meter di Gunung Ijen adalah Tsunami

"Mereka mengirimkan banyak kartu pos ke Eropa dan itu menjadi promosi gratis mengenai tanah harapan di bagian timur dunia," kata Lukman.

Orang Eropa pun terpikat dengan Hindia Belanda setelah kartu pos beredar di Eropa. Mereka kemudian berdatangan dengan berbagai tujuan di antaranya mencari kehidupan baru atau mengembangkan bisnis dan investasi.

"Ini membuat perekonomian Hindia Belanda semakin bersinar sebelum terseret krisis keuangan global pada tahun 1930," kata Lukman.

Baca juga: Dentuman di Kawah Gunung Ijen, Ada Gelombang Mirip Tsunami Setinggi 3 Meter, Satu Penambang Tewas

Bagian dari artefak

Lukman bercerita telah mengkoleksi kartu pos sejak 10 tahun terakhir.

"Kalau kartu pos di masa kolonial masih ratusan jumlahnya. Tapi kalau Indonesia modern, ada seribu lebih koleksi," kata pria yang tinggal di Jakarta ini.

Menurutnya kartu pos adalah bagian dari rekam sejarah dan menjadi artefak yang menggambarkan peradaban masyarakat saat itu.

"Saya suka dengan kartu pos yang bergambar bangunan dan aktivitas masyarakat," ungkapnya.

Melalui sebuah kartu pos, menurut Lukman, bisa dilihat perkembangan arsitektur termasuk perubahan sebuah kota yang akan memberikan gambaran keadaan sosial masyarakat kala itu.

"Bisa jadi bangunan tersebut sudah hilang. Tapi bila sudah terekam dalam sebuah kart pos maka akan bisa menjadi jendela waktu untuk melihat sejarah di masa lalu," kata Lukman.

Baca juga: Tsunami Gunung Ijen Sebabkan Satu Korban, Kenapa Bisa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com