Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Unik, Bunga Keladi Setara Avanza, Tersesat di Hutan gara-gara Tanaman "Janda Bolong"

Kompas.com - 28/11/2020, 10:52 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

 

KOMPAS.com - Seorang pemuda asal Kediri, Iqbal Akbar Muhammad (23), menukar mobil Avanza keluaran tahun 2010 senilai Rp 105 juta dengan sebuah bunga jenis caladium atau keladi dan 3 batang philodendron milik Suhariansyah alias Nonex.

Aksi Iqbal itu pun segera menjadi pembicaraan warganet di media sosial.

"Di kalangan hobi bunga sudah biasa itu," kata dia, Selasa (25/11/2020).

Bahkan, menurutnya, dia juga mempunyai koleksi bunga dengan harga yang jauh lebih mahal, mencapai Rp 200 jutaan.

Bunga ini jenis monstera variegata yellow yang masih satu keluarga dengan janda bolong.

Oleh sebab itu, dia mengaku tidak keberatan kehilangan mobil demi mendapatkan empat batang bunga itu.

Baca juga: Diberi Nama Kolang, Josua Mengaku Ingin Batu Meteoritnya Punya Nama Khas Batak

 

 

Temukan muntahan paus

Ilustrasi laut, samudra, lautan Ilustrasi laut, samudra, lautan
Kisah serupa juga dialami seorang nelayan asal Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, Sukadi.

Dirinya secara tak sengaja menemukan 200 kilogram muntahan (Ambergris) paus yang mengapung di tengah Samudra Hindia pada 2 November 2017.

"Awalnya, saya sedang melaut bersama empat rekan. Tepatnya antara Pulau Dua dan Pulau Enggano saya melihat muntahan itu berserak di tengah laut," kata Sukadi saat dihubungi Kompas.com, Senin (13/11/2017).

Sukadi menceritakan, awalnya benda mengapung itu dia kira adalah limbah.

Setelah ditelusuri menggunakan alat global positioning system (GPS) miliknya, Sukadi menemukan muntahan paus yang diklaim bernilai ratusan juta.

Baca juga: Hiu Paus Terdampar di Kawasan Wisata Mangrove Sekotong, Lombok Barat, Kondisinya Lemas

Saat itu menurut Sukadi, ada lebih kurang 200 kilogram muntahan paus.

"Saya baru sadar, yang saya temukan itu adalah muntahan ikan paus bernilai mahal, maka hebohlah. Kalau saya biasa saja tidak heboh, tetapi orang lain banyak yang heboh," ujarnya.

Sementara itu, Dosen kelautan pengasuh mata kuliah Oseanografi dan Istiologi (ilmu tentang ikan) Universitas Bengkulu, Zamdial Sj mengatakan, jika mengamati kebiasaan sehari paus tidak ada muntah.

Jika muntah, diperkirakan ada fenomena lain dari paus.

Lalu dirinya soal muntahan paus yang mencapai ratusan juta, Zamdial menyangsikannya.

"Saya tidak tahu muntahan paus itu apa dan memiliki nilai jual tinggi. Yang harus dipastikan apakah benar yang ditemukan nelayan itu muntahan paus? Mungkin itu limbah dari fenomena alam lain, dibutuhkan penelitian lebih lanjut," pungkasnya.

Baca juga: Cegah Karhutla, BNPB Edukasi Masyarakat akan Pentingnya Olah Lahan Gambut Tanpa Pembakaran

Batu meteori timpa atap rumah Josua

Josua Hutagalung (33), menunjukkan bongkahan batu yang diduganya benda langit (meteor) yang jatuh menimpa kediamannya di Dusun Sitahan Barat, Desa Satahi Nauli, Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sabtu (1/8/2020).handout Josua Hutagalung (33), menunjukkan bongkahan batu yang diduganya benda langit (meteor) yang jatuh menimpa kediamannya di Dusun Sitahan Barat, Desa Satahi Nauli, Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sabtu (1/8/2020).
Josua Hutagalung (33), warga Dusun Sitahan Barat, Desa Satahi Nauli, Kecamatan Kolang, Tapanuli Tengah, tak menyangka suara gemuruh di langit akan merubah kisah hidupnya.

Saat itu, Sabtu (1/8/2020), Joshua sedang bekerja membuat peti mati di rumahnya. Lalu, tak ada hujan dan angin, tiba-tiba dirinya mendengar suara dentuman.

Setelah mencari asal suara itu, Joshua menemukan sebuah batu dan atap seng rumahnya berlubang.

Baca juga: Klarifikasi Jared Collins, Pembeli Batu Meteor Josua: Tidak Rp 200 Juta dan Bukan Rp 25 M

"Suaranya terdengar sangat keras sampai bagian rumah ikut bergetar. Dan setelah saya cari, rupanya atap seng rumah sudah bocor dan ada batu besar yang jatuh," kata Josua saat dihubungi Kompas.com melalui komunikasi seluler, Selasa (4/8/2020).

Batu yang jatuh dari langit itu ternyata adalah diduga meteor. Saat ini, batu tersebut telah dibeli seorang warga Amerika Serikat.

Nilai jual batu meteor yang sempat dikabarkan mencapai miliaran itu sempat menyita perhatian pembaca.

Baca juga: Cari Janda Bolong buat Istri, Petani Ini Tersesat 3 Hari di Hutan Aceh Timur

Namun, menurut Jared Collins, warga Amerika Serikat yang menjadi perantara pembeli di AS, harga batu meteor menjadi rahasia antara Josua dan rekannya.

"Saat ini tidak ada meteorit dengan nilai seperti itu, dan tentunya tidak ada kolektor yang akan membayar harga tersebut. Tetapi, jumlah yang dibayarkan dan diterima bukanlah Rp 200 juta atau harga yang terlalu dibesar-besarkan sejumlah Rp 25 miliar (sebelumnya tertulis Rp 26 miliar) yang dilaporkan di seluruh dunia," ungkap Jared.

Seperti diberitakan sebelumnya, saat ini batu meteor milik Josua sedang diteliti para ahli di Lunar and Planetary Institute (LPI), Houston, Texas, Amerika Serikat.

Batu itu pun sudah diberi nama Kolang olah para ahli.

"Nama meteoritnya Kolang," tulis Josua di beranda halaman akun Facebook miliknya, Jumat (20/11/2020).

Barter emas batangan dengan ikan cupang

Arief Suma Romadhoni menunjukkan emas batangan satu gram yang akan dibarter dengan ikan cupang super gold milik Arnov Pratikna, warga Jalan Maskumambang, Kelurahan Sogaten, Kecamatan Taman, Kota Madiun.KOMPAS.COM/MUHLIS AL ALAWI Arief Suma Romadhoni menunjukkan emas batangan satu gram yang akan dibarter dengan ikan cupang super gold milik Arnov Pratikna, warga Jalan Maskumambang, Kelurahan Sogaten, Kecamatan Taman, Kota Madiun.

Kecintaan kepada ikan cupang membuat Arief Suma Romadhon, warga Kelurahan Pangangongan, Kota Madiun, rela membarter emas batangan seberat satu gram miliknya dengan empat ekor ikan cupang jenis super gold.

"Saya sangat tertarik dan ingin memiliki ikan cupang super gold, tetapi saya tidak memiliki uang tunai," kata Arief saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (18/11/2020).

Arief membarter emas batangannya dengan empat ikan cupang milik Arnovian Pratikna, warga Kelurahan Sogaten, Kecamatan Taman, Kota Madiun.

 

Menurut Arnovian, harga ikan cupang jenis super gold memang cukup mahal saat ini.

“Ikan cupang (jenis) super gold saat ini memang tergolong mahal. Untuk mendapatkan indukan saya harus impor dari Thailand,” kata Arnovian.

Sejak memulai bisnis berjualan ikan cupang, Arnovian mengaku baru pertama kali ini melakukan barter dengan emas batangan.

Baca juga: Pelintasan KA Sebidang di Palmerah Akan Ditutup, Ini Rekayasa Lalu Lintasnya

Tersesat di hutan gara-gara "janda bolong"

Abubakar (40) petani asal Desa Batu Sumbang, Kecamatan Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur, akhirnya ditemukan warga di kawasan hutan Aceh Timur, Minggu (4/10/2020) malam. Polres Aceh Timur Abubakar (40) petani asal Desa Batu Sumbang, Kecamatan Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur, akhirnya ditemukan warga di kawasan hutan Aceh Timur, Minggu (4/10/2020) malam.

Abubakar (40), petani asal Desa Batu Sumbang, Kecamatan Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur, tersesat di hutan saat mencari tanaman janda bolong untuk istrinya di kawasan hutan Aceh Timur, Minggu (4/10/2020) malam.

“Dia mencari bunga, ketika mau keluar hutan, tak bisa menemukan jalan pulang. Semakin dia keluar lokasinya, semakin jauh ke dalam hutan. Maka, tiga hari dia berputar-putar mencari jalan pulang. Beruntung masih selamat, tetapi dalam kondisi lemah,” kata Kapolsek Simpang Jernih, Aceh Timur, Ipda Ade Chandra kepada Kompas.com, Senin (5/10/2020).

Abubakar akhirnya berhasil selamat setelah mendengar suara sepeda motor

“Belakangan Abubakar mendengar suara sepeda motor, lalu berteriak dan meminta tolong. Di sana ketemu dengan warga yang naik sepeda motor masih di kawasan hutan itu, dia ditemukan dalam kondisi sangat lemah,” kata Kapolsek.

Baca juga: Petani yang Tersesat 3 Hari di Hutan Saat Cari Janda Bolong untuk Istrinya Sudah Ditemukan

 

Seperti diketahui, tanaman hias bernama latin Monstera adansonii variegated tersebut jadi buruan warga sejak awal pandemi Covid-19 atau bulan Maret 2020 lalu.

Hal itu dibenarkan oleh salah satu penjual tanaman hias di Palembang, Tika Nila. Harga tanaman itu bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Tika pun mengaku mendapatkan omzet hingga Rp 50 juta dalam sebulan.

"Selain janda bolong, vinca Jepang juga banyak diburu warga," ujar dia.

(Penulis: Kontributor Bengkulu, Firmansyah, Kontributor Palembang, Aji YK Putra, Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi, Kontributor Lhokseumawe, Masriadi | Editor: Aprillia Ika, Abba Gabrilin, Robertus Belarminus)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com