Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Petani Sayur, Mantan Guru Honorer Ini Punya Omzet sampai Rp 10 Juta Sebulan

Kompas.com - 07/09/2020, 10:45 WIB
Nansianus Taris,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

 

Ternak babi 

Selain menanam dan menjual sayur, Eduardus juga beternak babi. Ia memilih beternak agar sisa sayuran tidak menjadi sampah.

Menurut dia, ternak babi bisa menghasilkan uang dalam waktu cepat. Lagi pula, ternak babi dan bertani sayuran memiliki hubungan.

Sisa sayuran bisa menjadi pakan ternak, sedangkan kotoran babi bisa menjadi pupuk organik untuk menyuburkan tanaman.

Ia menerangkan, salah satu sistem pola kerja usaha ternak Manggarai itu masih kental dengan budaya atau adat, sehingga potensi besar ini perlu dimanfaatkan masyarakat.

Baca juga: Video Viral Bupati Jember Sebut Butuh Miliaran Rupiah untuk Dapat Rekomendasi Parpol

“Memang ini butuh waktu. Harapan saya bagi sarjana pertanian dan peternakan jangan hanya menjadi PPL dan terima gaji Rp 1 juta Rp 500.000 dari kantor. Coba mereka manfaatkan potensi pertanian seperti menanam sayur dan beternak babi. Saya mengajak kaum muda berani menjadi mandiri lewat peternakan dan pertanian,” ujarnya. 

Dukungan Istri 

Sejak menjadi petani sayur, Eduardus mendapatkan dukungan dari istrinya. Mereka selalu berganti peran saat bekerja.

“Saya dan istri terpanggil mengelola tanah air dan mudah melakukan pekerjaan serta cepat menghasilkan uang dengan menanam dan menjual sayur. Setiap hari kami menjual buah dan sayur di depan rumah. Uang datang sendiri di rumah, kami tidak kejar uang,” ucap Eduardus. 

Eduardus menuturkan, sebelum pandemi Covid-19, sayur selada keriting yang ditanam di kebunnya dijual ke Labuan Bajo Rp 50.000 per kilogram. Ia mengirim sayuran itu menggunakan bus.

“Selama wabah corona, selada keriting itu dijual murah di Pasar Borong. Satu ikat dijual Rp 10.000, tetapi tiga ikat dijual Rp 20.000. Rp 10.000 untuk pelanggan. Itu pun mereka jual dulu baru bayar uang ke kami. Mereka jual dengan modal percaya,” jelas Eduardus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com