Petani lainnya, Tohiruddin, mengatakan tengkulak hanya menghargai tembakau mereka seharga Rp 10.000 sampai Rp 15.000 per kilogram.
Padahal biaya perawatan mereka tinggi dan tidak sepadan dengan harga jual tersebut.
"Pupuknya mahal, bibitnya mahal, belum lagi biaya untuk tenaga kerjanya. Harganya tidak sesuai," ujar Tohiruddin yang menanam daun tembakau seluas 100 meter persegi dengan biaya sekitar Rp 10 juta.
Harga pupuk saat ini mencapai Rp 300.000 hingga Rp 500.00 per kuintal.
Belum lagi masalah permodalan yang dibutuhkan saat pascatanam dan pascapanen.
Baca juga: Nasib Petani Tembakau di Probolinggo, Diincar Tengkulak, Harga Pupuk Selangit
Gudang-gudang masih tutup karena masih mempersiapkan protokol kesehatan.
"Saya sudah menghubungi salah satu pihak gudang tembakau. Dalam waktu dekat akan dibuka. Memang sekarang agak ketat prosedur kesehataannya, karena wabah corona," kata anggota Komisi II DPRD Kabupaten Probolinggo Wahid Nurahman, saat dihubungi Kompas.com, Senin (31/8/2020) malam.
"Gudang tidak ingin jadi klaster baru penyebaran Covid-19 di Kabupaten Probolinggo,” lanjut dia.
Perusahaan sedang mempersiapkan tim agar protokol kesehatan berjalan sebagaimana mestinya, termasuk untuk melakukan rapid test berkala.
Wahid juga meminta pemilik gudang agar memprioritaskan tembakau petani lokal.
Harganya pun diharapkan sesuai dengan kerja keras petani saat menanam tembakau.
“Jangan sampai harga beli yang dietapkan gudang, tidak sesuai. Artinya lebih rendah dari biaya yang sudah dikeluarkan oleh petani. Saya pikir gudang sudah bisa menghitung,” ujar Wahid.