KARAWANG, KOMPAS.com - Raka dan Rayi bergegas menuju Rengasdengklok. Mereka ingin tahu perihal Rengasdengklok dan peristiwa sejarah dibaliknya.
Raka adalah seorang pelajar SMP sedangkan Rayi masih SD. Mereka adalah kakak beradik yang rasa ingin tahunya tinggi.
Mereka akhirnya memulai petualangan dan mendatangi Tugu Kebulatan Tekad, rumah pengamanan Soekarno-Hatta di Rengasdengklok.
Namun, Raka dan Rayi bukan tokoh nyata, melainkan karakter fiksi dalam komik bergambar Rengasdengklok karya Nurbani Wibowo.
Baca juga: 17 Agustus: Mengenang Rumah Petani Tionghoa, Tempat Penyusunan Teks Proklamasi di Rengasdengklok
Mendengar kata Rengasdengklok, masyarakat tentu mengingat peristiwa diboyongnya Soekarno dan Hatta oleh kaum muda pada 16 Agustus 1945 dini hari. Mereka mendesak golongan tua segera memproklamirkan kemerdekaan.
Rengasdengklok merupakan sebuah kecamatan di Karawang, Jawa Barat. Dalam buku Rengasdengklok versi komik bergambar karya Nurbani Wibowo, kata Rengasdengklok berasal dari nama pohon yaitu pohon Rengas.
Konon pada zaman penjajahan Belanda daerah ini banyak ditumbuhi pohon Rengas.
Sementara kata Dengklok berasal dari salah satu pohon Rengas yang batangnya bengkok "ngedengklok" atau mirip dengan tubuh yang tengah membungkuk.
Baca juga: Mengingat Peristiwa Rengasdengklok: Bendera Jepang Diturunkan, Merah Putih Dikibarkan (1)
Pada buku itu, dijelaskan Ahmad Subarjo, tokoh asal Karawang, menjadi penengah antara golongan tua dan muda. Ia menjamin kepada golongan muda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan secepatnya.
Meski Rengasdengklok sudah familiar di telinga masyarakat, menurut Nurbani, tak semuanya tahu dimana Rengasdengklok.
Salah satunya adalah pengelamannya saat bertanya kepada kawan-kawannya. Sebagai putra Karawang, ia tentu tertantang untuk meluruskannya.
Buku itu digagas Nurbani berbekal dari kecintaannya pada sejarah dan desain grafis. Ia membuat cerita sejarah dengan visual untuk menarik minat anak-anak.