Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengingat Peristiwa Rengasdengklok: Bendera Jepang Diturunkan, Merah Putih Dikibarkan (1)

Kompas.com - 17/08/2018, 12:22 WIB
Farida Farhan,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com - Saat itu, Bendera Jepang itu diturunkan, kemudian bendera merah putih berkibar diujung tiang, Kantor Kawedanan Rengasdengklok, sekarang Kantor Kecamatan Rengasdengklok lama.

Namun saat ini tempat ini sekarang terbengkalai lantaran Kantor Kecamatan Rengasdengklok telah pindah di dekat Tugu Kebulatan Tekad Rengasdengklok.

Untuk mengenang peristiwa cikal bakal kemerdekaan Indonesia itu, sekelompok pemuda dari Bale Hideung dan Pemuda Rengasdengklok menggelar upacara pengibaran bendera Merah Putih dengan khidmat, bak 16 Agustus 1945.

Komando Lapangan Bale Hideung Karawang Edi Supriadi mengatakan, upacara tersebut digelar untuk mengingat peristiwa 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok.

Ia menyebut, berbarengan dengan pengamanan Soekarno-Hatta ke rumah Djiaw Kie Siong di Rengasdengklok, di Kantor Kawedanan Rengasdengklok juga digelar upacara penurunan bendera Jepang kemudian pengibaran bendera merah putih. Sayangnya, saat itu Soekarno-Hatta tidak berkenan hadir.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Soekarno dan Hatta Dibawa ke Rengasdengklok

Tentara PETA saat itu, Kapten Masrin Muhammad kemudian mengumpulkan orang-orang di Rengasdengklok untuk mengikuti upara tersebut.

Masrin juga menjamin keamanan saat itu. Upacara dipimpin oleh Camat Rengasdengklok saat itu, R. Socho Hadipranoto.

"Saat itu (16 Agustus 1945) upacara digelar tanpa protokoler, hanya diiringi salawatan. Karena saat itu belum ada lagu Indonesia Raya. Oleh karenanya pada upacara yang kami lakukan saat ini (16 Agustus 2018), setelah bendera merah putih berkibar baru lagu Indonesia Raya dikumandangkan," ujarnya, Kamis (16/8/2018).

Upacara upacara ini (16 Agustus 2018) dipimpin oleh putra Kapten Masrin Muhammad, Babah Dayat. Dengan khidmat, upacara digelar layaknya 16 Agustus 1945. Sederhana.

"Kalau ada bendera Jepang, tadinya mau simulasi penurunan (bendera Jepang). Karena tidak ada, jadi langsung pengibaran bendera merah putih," tambahnya.

Edi mengklaim, saat itu Rengasdengklok merdeka terlebih dulu, sebelum Kemerdekaan RI di proklamirkan pada 17 Agustus 1945 di Jakarta.

"Merdeka lokal lah istilahnya," ujarnya.

Baca juga: Mengenal Djiauw Kie Siong, Pemilik Rumah di Rengasdengklok yang Disinggahi Bung Karno

Hanya saja, putra Kapten Masrin Muhammad itu tidak mau diwawancara perihal kisah sang Ayah. "Pamali (tabu)," katanya dalam bahasa Sunda.

Dayat hanya menyebut banyak orang, salah satunya dari Belanda, yang ziarah ke makam ayahnya, di Bojong, Rengasdengklok.

Sebelum upacara dilakukan, para pemuda mengarak tiga buah bendera merah putih berukuran 16 meter, 8 meter, dan 45 meter. Angka tersebut melambangkan 16 Agustus 1945.

Bendera diarak sejauh 10 kilometer oleh sekitar 1.000 orang. Mereka juga mengarak 17 bambu runcing yang melambangkan 17 Agustus 1945 dan poster Soekarno-Hatta.

Kompas TV Seni instalasi bambu karya seniman Patung asal Bandung Joko Afianto resmi dipamerkan di Bundaran HR
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com