Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Calon Mempelai Pria Bunuh Diri, Firasat Buruk hingga Dihujat di Medsos

Kompas.com - 07/08/2020, 17:08 WIB
Teguh Pribadi,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

PEMATANGSIANTAR, KOMPAS.com - Kejadian menyedihkan menimpa seorang calon mempelai wanita D (22) di Pematangsiantar, Sumatera Utara.

DZT gagal melangsungkan pernikahan, lantaran calon mempelai pria MA (20) ditemukan tewas gantung diri, dua hari sebelum mereka melangsungkan akad nikah.

Saat ditemui di kediamannya, D bercerita bahwa dia punya firasat tidak menyenangkan sehari sebelum calon suaminya mengakhiri hidup.

"Perasaan ini rasanya memang enggak pengin pisah. Enggak tahu kenapa, pengin di samping dia. Jam 01.00 pagi aku enggak bisa tidur, gelisah. Aku minta Mama biar dia tidur di rumah saja" kata D saat ditemui, Jumat (7/8/2020).

Baca juga: Calon Mempelai Bunuh Diri Menjelang Pernikahan, Ini Dugaan Penyebabnya

Pada malam itu, MA kembali ke rumahnya.

Namun, percakapan dengan D berlanjut melalui telepon.

"Pulang dia ke rumah, ku telepon, dia bilang 'kok perasaan Abang enggak enak ya Dek' katanya. Terus jam 04.00 pagi ku telepon lagi enggak diangkat. Jam 06.00 pagi ku telepon lewat Hp adiknya, katanya lagi di luar. Tak lama ku telepon lagi, baru dia jawab di rumah," kata D.

Pada saat berkomunikasi melalui telepon, MA sempat mengajak D untuk lari.

D kemudian curiga dan menanyakan maksud dan tujuan MA mengajak lari.

"Ku bilang, mau lari ke mana? Terus terakhir kali chat-nya cuma bilang, ini sudah di jalan yang. Cuma dia enggak sampai-sampai. Ku cek dari Hp, sela hanya 7-10 menit setelah kejadian itu," ucap D.

Baca juga: Diyakini dari Kerajaan Siluman, Kepala Buaya Raksasa Dipotong

MA yang tidak kunjung datang membuat D langsung bergegas ke rumah MA sekitar pukul 06.30 WIB.

Namun, saat itu D sangat kaget, karena melihat calon suaminya dalam posisi tergantung dengan tali yang terlilit di lehernya.


Dihujat di media sosial

Pasca peristiwa itu, musibah yang dialami D dan pasangannya MA menjadi pembicaraan warganet di media sosial Facebook.

Selain beredar informasi yang menurut D simpang siur, terdapat tuduhan yang menyebut D dan MA sempat bertengkar.

Sejumlah komentar di medsos menyebut bahwa pertengkaran itu yang membuat MA nekat mengakhiri hidup.

"Ada yang bilang aku maling masuk ke rumah orang. Ada yang bilang sebelum kejadian kami cekcok sampai harga sinamot (mahar) banyak. Parahnya, ada yang bilang cocoknya aku dipenjara," ucap D.

D yang sudah tidak tahan menerima hujatan itu, langsung menutup akun media sosial miliknya.

"Ku lihat seratusan orang yang minta pertemanan, aku enggak tahu, mungkin kepo," kata dia.

Hingga saat ini, bayang-bayang MA selalu muncul di pikiran D.

D bahkan tak kuat menghadiri pemakaman MA karena masih terpukul akan kepergian kekasihnya yang begitu mendadak, bahkan menjelang pernikahan.

Menurut D, kematian MA sebenarnya masih menyisakan tanda tanya.

"Aku masih takut, trauma. Apalagi aku sama dia lama," kata D.

Kontak bantuan

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu. Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada. Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:
https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com