Korban dibawa pakai ambulan dengan protokol khusus lantaran membawa orang cidera tulang belakang. “Mobil jalan sangat hati-hati, seperti membawa telur mau pecah,” kata Rangga.
Sarudi sampai RSUD dan segera menerima penanganan darurat. “Saya dengar kabar akhirnya korban meninggal dunia,” kata Rangga.
Rangga mengungkapkan, pihaknya kerap menangani korban jatuh dari pohon. Terlebih mengingat Kulon Progo memang sentra gula kelapa dan penyadap nira dari pohon kelapa.
Dari kasus-kasus itu, banyak di antaranya berakhir cacat dan kematian. Menurut Rangga, cacat dan kematian itu sering dikaitkan dengan proses serampangan pada awal menolong. Biasanya terjadi ketika warga dengan semangatnya berupaya menolong tetapi malah bisa mengakibatkan cidera yang semakin parah.
“Banyaknya yang meninggal dan lumpuh di (kecamatan) Kokap karena kalau langsung ditolong, tapi dilakukan secara sembrono mengangkat korban, lalu diletakkan di pinggir jalan,” kata Rangga.
Akibatnya, cidera korban bisa semakin parah.
Ia mengharapkan, warga cukup melakukan sebisa mungkin mengamankan korban dan tidak merubah posisi korban hingga tim medis datang menolong.
Kasus serupa kembali terjadi di Pengasih ini. Rangga mengharapkan ini bersama. “Kayak kemarin (kasus Sarudi), karena tidak tahu padahal ada sabit di belakang,” kata Rangga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.