Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Naas Pencari Pakan Kambing, Tewas Tertancap Sabit Sendiri Usai Jatuh dari Pohon

Kompas.com - 12/07/2020, 19:23 WIB
Dani Julius Zebua,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Warga pencari pakan kambing tewas akibat jatuh dari ketinggian delapan meter pohon nangka di sebuah kebun pohon keras di Kalurahan Pengasih, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pencari pakan kambing itu Sarudi (56 tahun) asal Pedukuhan (dusun) Serut. Ia menghembuskan napas terakhir diperkirakan akibat luka parah berupa punggung kiri sobek, pendarahan dari luka itu dan kepala, juga cedera tulang belakang.

“Kami mendapat laporan dari Bhabinkamtibmas bahwa korban telah jatuh dari pohon nangka dan luka berat. Korban MD (meninggal dunia) di rumah sakit,” kata Kapolsek Pengasih Komisaris Polisi Sutikno via pesan WhatsApp, Minggu (12/7/2020).

Baca juga: Harimau Sumatera Diduga Mati Keracunan Seusai Memangsa Kambing

Sarudi mencari pakan ternak Sabtu sore sekitar pukul 17.30 WIB. Ia memilih pohon nangka di daerah ladang yang medannya sulit dilewati.

Awal, ia akan memotong ranting berdaun. Ia naik sambil bawa pisau sabit yang terselip di belakang badan.

Keterangan sejumlah saksi pada polisi, korban terpeleset hingga jatuh terlentang. Istri dan adik korban melihat hal ini. Keduanya segera meminta tolong ke Posko Dekomtaminasi Covid-19 yang kebetulan tidak jauh dari lokasi jatuh.

Tak lama, PMI datang dengan ambulan. Korban segera dievakuasi ke RSUD Wates. Sarudi akhirnya meninggal dunia lama setelah RSUD berupaya menyelamatkannya.

Luka berat itu diperkirakan jadi penyebab ia meningal dunia. Ada berupa sobek di punggung sebelah kiri. Diperkirakan, itu akibat sabit yang dibawa korban menancap masuk ke perut. Selain itu luka di tengkuk korban akibat terbentur batu. “Korban meninggal dunia di rumah sakit,” kata Sutikno.

Baca juga: Sapi Kabur Kejar Bocah hingga Rusak Kandang Kambing di Pancoran

Tim PMI datang dengan ambulan yang membawa long spinal board atau alat untuk evakuasi korban yang diduga mengalami cedera tulang belakang. LBS biasa dipakai menangani korban yang jatuh dari pohon.

Humas PMI Kulon Progo, Wisnu Rangga mengungkapkan, Sarudi masih tergeletak di bawah pohon dalam kondisi sadar, namun penuh luka dengan pendarahan hebat di punggung dan kepala. Ada bekas luka yang diperkirakan akibat tertancap sajam bawaan sendiri.

Selain luka, korban diperkirakan mengalami cidera tulang belakang sangat serius. Penanganan korban jatuh dari pohon ini pun dilakukan sangat hati-hati. Begitu pula evakuasi dari tempat kejadian yang berkesan sulit.

 

Korban dibawa pakai ambulan dengan protokol khusus lantaran membawa orang cidera tulang belakang. “Mobil jalan sangat hati-hati, seperti membawa telur mau pecah,” kata Rangga.

Sarudi sampai RSUD dan segera menerima penanganan darurat. “Saya dengar kabar akhirnya korban meninggal dunia,” kata Rangga.

Rangga mengungkapkan, pihaknya kerap menangani korban jatuh dari pohon. Terlebih mengingat Kulon Progo memang sentra gula kelapa dan penyadap nira dari pohon kelapa.

Dari kasus-kasus itu, banyak di antaranya berakhir cacat dan kematian. Menurut Rangga, cacat dan kematian itu sering dikaitkan dengan proses serampangan pada awal menolong. Biasanya terjadi ketika warga dengan semangatnya berupaya menolong tetapi malah bisa mengakibatkan cidera yang semakin parah.

“Banyaknya yang meninggal dan lumpuh di (kecamatan) Kokap karena kalau langsung ditolong, tapi dilakukan secara sembrono mengangkat korban, lalu diletakkan di pinggir jalan,” kata Rangga.

Akibatnya, cidera korban bisa semakin parah.

Ia mengharapkan, warga cukup melakukan sebisa mungkin mengamankan korban dan tidak merubah posisi korban hingga tim medis datang menolong.

Kasus serupa kembali terjadi di Pengasih ini. Rangga mengharapkan ini bersama. “Kayak kemarin (kasus Sarudi), karena tidak tahu padahal ada sabit di belakang,” kata Rangga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com