PALEMBANG, KOMPAS.com - Sebanyak 878 ekor babi yang berada di peternakan Palembang, Sumatera Selatan dilaporkan mati mendadak sejak dua bulan terakhir.
Kematian ratusan babi tersebut lantaran diduga terkena virus flu babi afrika atau African Swine Fever (ASF).
Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PHDI) Cabang Sumatera Selatan, Jafrizal, mereka baru mengetahui kematian ratusan babi tersebut pada Kamis (2/7/2020) kemarin.
Baca juga: Ratusan Babi di Sikka, NTT, Mati Mendadak Diserang Flu Babi Afrika
Awalnya, PHDI curiga lantaran ampas tahu beberapa hari terakhir mengalami lonjakan. Sementara, ampas tahu tersebut merupakan pakan babi yang biasa digunakan oleh peternak.
Dari temuan itu mereka langsung melakukan penelusuran ke peternakan babi di beberapa tempat yakni di Talang Buruk, Kecamatan Alang-Alang Lebar, Talang Keramat, Sei Hitam, Kecamatan Ilir Barat Satu, Palembang, dan Kecamatan Talang Kelapa, Banyuasin dan mendapati sebanya 878 babi mati mendadak.
"Peternak tidak melaporkan hal ini ke kami, jika sudah ada ratusan babi yang mati,"kata Jafrizal, melalui sambungan telepon, Jumat (3/7/2020).
Baca juga: Dampak Virus Demam Babi Afrika, Peternak di Bali Terancam Kolaps
Jafrizal mengatakan, dari kandang peternakan babi mereka mengambil sampel kotoran dan darah.
Sementara, ratusan babi yang mati itu telah dikuburkan oleh peternak.
"Balai Veteriner Lampung masih menyelidiki fenomena tersebut. Namun kuat dugaan ini terkena virus flu babi. Laporan memang 878 pun, tapi kemungkinan lebih dari itu jumlahnya bisa ribuan," ujarnya.
Virus ASF menurut Jafrizal sejauh ini hanya menularkan antarhewan.
Sehingga seluruh peternakan mengkosongkan kandang dan tidak melakukan aktivitas selama tiga bulan untuk kembali steril.
"Karena virus ini sangat lama menempel di kandang,"ujarnya.
Pemerintah pun harus harus lebih mewaspadai fenomena ini. Sebab, wabah flu babi (H1N1) diketahui telah mulai merebak di China.
"Virus ini, bisa menular ke manusia. Hal inilah yang perlu dicegah," ungkapnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.