Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pasien Covid-19 Dikucilkan, Istri Mau Belanja Dianggap Penyebar Penyakit Menular

Kompas.com - 30/06/2020, 17:02 WIB
Taufiqurrahman,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Dikucilkan karena berstatus pasien positif Covid-19 pernah dialami oleh F, warga sebuah desa di Kecamatan Larangan, Pamekasan.

Tidak hanya F, seluruh keluarganya juga ikut dikucilkan. Para tetangga yang biasa berkunjung ke rumahnya, sejak F ditetapkan terpapar Covid-19, sudah tidak pernah berkunjung lagi.

F merupakan pasien pertama di Kabupaten Pamekasan yang terkonfirmasi Covid-19.

Ia kemudian menjalani isolasi di rumah sakit selama 16 hari.

Baca juga: Curhat Pasien Covid-19 kepada Bupati, Ditelantarkan dan Tak Dirawat di Tempat Karantina

 

Pada saat menjalani isolasi, F merasakan bagaimana ia dijauhi oleh rekan-rekan. Bahkan, tetangganya sendiri.

Menurut F, isti dan anak-anak mereka juga menjadi perbincangan warga. 

"Kalau ada orang sakit, biasanya tetangga menjenguk. Namun, berbeda dengan yang dialami keluarga saya. Keluarga saya dijauhi seperti orang yang dikucilkan," terang F, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (30/6/2020).

Bagi pria yang juga petugas haji ini, goncangan secara psikologis sangat dirasakan oleh keluarganya yang menjalani isolasi mandiri di rumahnya.

Untuk pergi belanja saja ketakutan karena distigma keluarga Covid-19.

"Istri saya sempat takut belanja ke luar rumah karena stigma masyarakat dianggap penyebar penyakit menular. Sedih sekali istri saya menjalani hari-harinya," terang F.

Bahkan, penjual ikan dan sayur yang setiap hari rutin mendatangi rumah F, sudah tidak pernah datang lagi karena ketakutan.

Telepon yang biasa dihubungi, juga tidak pernah merespons.

"Keluarga kami betul-betul dikucilkan karena Covid-19 oleh masyarakat," ujar dia.

Ditambah lagi, ketika ada anggota keluarga F yang ikut tertular. Keluarganya semakin syok dan tidak bisa berbuat apa-apa.

"Yang datang ke rumah hanya petugas kesehatan berpakaian hazmat lengkap. Hal itu semakin menambah stigma negatif dari masyarakat bahwa keluarga Covid-19 menjadi sumber penyakit menular dan mengerikan, karena masyarakat terpengaruh berita corona yang menghebohkan," ungkap dia.

Baca juga: Pertahankan Zona Hijau Covid-19, Kota Madiun akan Dilindungi “Pendekar Waras”

Sampai keluarga F sembuh semua, masih banyak warga yang mengucilkan.

Praktik layanan kesehatan pribadi di rumah F juga tidak didatangi warga.

"Banyak warga tidak mau berobat ke saya dan pindah ke orang lain," kata F lagi.

Namun, akhir-akhir ini warga mulai sadar bahwa Covid-19 bukanlah penyakit yang sangat membahayakan.

F sering menyampaikan pengalamannya kepada orang lain, bagaimana dirinya sembuh.

"Corona jangan ditakuti, tapi jangan menantangnya karena bahaya bagi yang punya penyakit bawaan. Kalau tubuh kita sehat, insya Allah corona bisa dikalahkan. Yang penting ikuti protokol kesehatan," ungkap dia.

F menuturkan, pemerintah perlu lebih kerja keras lagi untuk menyosialisasikan kepada masyarakat tentang Covid-19.

Baca juga: Banyak Kasus Positif Covid-19 Ditemukan di Perumahan Mewah Surabaya

 

Sebab, di masyarakat saat ini masih banyak yang tidak paham.

Akibatnya, banyak masyarakat yang melakukan tindakan salah seperti mengambil paksa jenazah Covid-19 dan menguburkannya tanpa protokol Covid-19.

"Sosialisasi pemerintah jangan hanya pamflet-pamlet saja, tapi harus lebih mengakar lagi karena di Pamekasan, pasien Covid-19 di Pamekasan belum turun," kata dia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com