Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Heboh Keluarga Jenazah Pasien PDP Corona Ditarik Uang Pemulasaraan Rp 3 Juta, Ini Faktanya

Kompas.com - 23/05/2020, 09:30 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wahidin Sudirohusodo, Mojokerto, Jawa Timur, menegaskan, masalah video petugasnya meminta biaya Rp 3 juta untuk pemulasaraan jenazah PDP corona telah selesai.

Direktur RSUD dr Wahidin Sudirohusodo Sugeng Mulyadi mengatakan, masalah tersebut dipicu salah paham.

"Untuk masalah ini, kami sudah selesaikan dan berikan penjelasan kepada pihak keluarga pasien. Insya Allah sudah clear," jelasnya.

Berikut ini fakta lengkapnya:

1. Isi rekaman video

Beberapa hari terakhir, beredar luas sebuah video saat keluarga pasien mempertanyakan uang sebesar Rp 3 juta yang diminta petugas rumah sakit.

Petugas menyebutkan, uang itu akan digunakan untuk biaya pemulasaraan jenazah pasien yang meninggal.

Baca juga: Ini Alasan Lengkap Bupati Ogan Ilir Pecat 109 Tenaga Medis secara Tidak Hormat

Keluarga pasien terlihat beberapa kali mengutarakan keluhannya kepada petugas. Mereka mempertanyakan uang itu.

Lalu, mereka akhirnya menyerahkan uang Rp 3 juta kepada petugas untuk mengurus jenazah.

Tak hanya itu, pihak keluarga memaksa petugas memberikan kuitansi sebagai tanda bukti pembayaran uang tersebut.

"Rumah Sakit dr Wahidin Sudirohusodo. Bu Wali (Wali Kota Mojokerto) tolong diperhatikan," kata salah satu keluarga pasien dalam rekaman itu.

2. Pasien PDP meninggal hasil tes swab keluar

Ilustrasi: perawatan pasien positif terinfeksi virus coronaShutterstock Ilustrasi: perawatan pasien positif terinfeksi virus corona

Sugeng menjelaskan, keluarga di rekaman tersebut adalah keluarga seorang pasien PDP berinisial JSH, warga Kecamatan Gedek, Kabupaten Mojokerto.

Pasien PDP tersebut memang meninggal di RSUD Wahidin Sudirohusoso meninggal pada usia 60 tahun.

Baca juga: Diserang KKB Saat Antar Obat-obatan, Tenaga Medis Satgas Covid-19 di Papua Tewas

Menurut Sugeng, kondisi pasien semakin memburuk dan meninggal sebelum tes swab keluar.

"Pasien (Covid-19) nonreaktif, tetapi kondisinya memang ada pneumonia. Pada tanggal 19 Mei, kondisi memburuk terus meninggal. Rencana mau dilakukan uji swab, tapi keburu meninggal," kata Sugeng saat dihubungi Kompas.com, Jumat (22/5/2020).

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com