BANDUNG, KOMPAS.com – Ribuan mahasiswa di Jawa Barat memilih tidak pulang dan bertahan di rumah kos ataupun asrama saat pemerintah memutuskan belajar di rumah. Jumlahnya mencapai ribuan orang.
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLPT) Wilayah IV Jawa Barat dan Banten Prof Uman Suherman mengatakan, ada berbagai alasan mahasiswa tidak bisa pulang.
“Kalau pulang, mereka akan jadi ODP (orang dalam pengawasan),” ujar Uman dalam "Webinar Upaya Perguruan Tinggi dalam Menghadapi Covid-19", Rabu (15/4/2020).
Baca juga: Pasien Positif Corona di Kepri Bertambah Jadi 32 Orang
Selain itu, mahasiswa yang tinggal di pelosok memilih tidak pulang. Sebab, jaringan di daerahnya buruk sehingga tidak bisa mengikuti kelas daring.
Untuk itu, ia meminta pengelola perguruan tinggi memperhatikan mahasiswa yang bertahan di daerah kampus.
Ketua STIE Ekuitas Prof Martha Fani Cahyandito mengatakan, dari pendataan yang dilakukan kaprodi dan dosen wali, ada 50 mahasiswa Ekuitas yang bertahan dan tidak sempat pulang.
Saat ini, para mahasiswa tersebut bertahan di kos-kosan dan dipantau terus oleh pihak kampus, sehingga tidak ada satu pun mahasiswa yang terlewat menerima bantuan.
“Mereka dalam kondisi baik. Kami berikan bantuan logistik. Tadinya berupa sembako, tapi banyak yang kesulitan memasak. Akhirnya kami beri bantuan berupa uang,” tuturnya.
Pihaknya juga menyiapkan anggaran hasil penggeseran untuk menanggulangi dampak Covid-19 ini.
Dana tersebut digeser dari kegiatan pertukaran pelajar, summer program, dan double degree yang tidak bisa dilakukan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.