Keduanya lahir ketika tanah gemah ripah loh jinawi ini mengandung tua kelahiran sebuah negeri: Indonesia.
Para pemangku mandat di Muhammadiyah dan NU tentu paham sejarah organisasi ini. Sudah banyak buku ditulis tentang kedua organisasi, dan semuanya seia-sekata bahwa kedua organisasi ini erat terkait dengan sejarah masing-masing.
Dalam sejarahnya, seakan ada peran tangan yang menata bahwa kedua organisasi ini bergerak di tataran berbeda, satu di kalangan sudagar, berpendidikan modern, dan satu lagi berkiprah di kalangan masyarakat tradisional, ndeso, pesantren, sarungan yang agak jauh dari peredaran mainstream ekonomi.
Bahkan, pendiri kedua organisasi ini KH Dahlan dan KH Hasyim Asyari adalah teman dekat, bersahabat, berguru ke kiai yang sama Kiai Soleh Darat.
Cerita kedekatan dua tokoh pendiri Muhammadiyah dan NU diungkap lengkap dalam film “Jejak Langkah 2 Ulama.”
Tapi rupanya perjalanan waktu sekitar seratusan tahun dan perkembangan zaman agak mengaburkan cerita sejarah keakraban kedua organisasi dan ketulusan para pendiri kedua organisasi.
Bahkan pemberitaan yang gencar bisa juga mengalihkan perhatian dari keutuhan berkomunikasi.
Kekompakan kedua organisasi bisa saja tergerus jaman dan komunikasi tersedak oleh era komunikasi digital yang tanpa filter.
Kita kadang juga abai bahwa Islam mengajarkan cara tutur kata yang baik. Kita diajarkan jika kita berkunjung ke suatu rumah, maka ucapkanlah salam.
Bagi kita, jika kita menerima ucapan salam, maka balaslah salam itu dengan sebaik-baiknya, karena salam adalah doa.
Balas membalas salam adalah saling mendoakan.
Sejarah kedua organisasi ini adalah sejarah perjuangan sejak sebelum negeri ini wujud.
Jadi perjalanan panjang itu tak perlu menyisihkan pertemanan kedua pendiri yang bersahabat dan berguru bareng.
Seorang ahli komunikasi James E. Grunig punya ungkapan menarik: “The way we communicate with others and with ourselves ultimately determines the quality of our lives.”
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.