Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] Pasien Meninggal di Cianjur Negatif Virus Corona | Gunung Merapi Kembali Meletus

Kompas.com - 04/03/2020, 06:23 WIB
Candra Setia Budi

Editor

KOMPAS.com - Berita populer nusantara kali ini diawali dengan pasien meninggal di Cianjur, Jawa Barat dipastikan negatif virus corona.

Pasien suspect virus corona yang meninggal di Rumah Sakit Dr Hafiz (RSDH) Cianjur, Jawa Barat, dipastikan tidak terjangkit virus corona.

Kepastian itu diketahui setelah sampel milik pasien berusia 50 tahun asal Bekasi, Jawa Barat tersebut diperiksa di labotarium oleh Kemenkes.

Pasien tersebut meninggal setelah sempat menjalani perawatan di ruang isolasi di RSDH sejak 1 Maret 2020.

Pasien tersebut memiliki riwayat pernah bepergian ke luar negeri, tepatnya ke Malaysia pada 14-17 Februari 2020 lalu.

Sementara itu, Gunung Merapi kembali meletus dan mengeluarkan awan panas. Letusan gunung terjadi pada Selasa (3/3/2020) sekitar pukul 05.22 WIB.

Akibat letusan tersebut, muncul kolom abu setinggi 6.000 meter dari kawah gunung. Selain itu, muncul pula awan panas ke arah hulu Kali Gendol dengan jarak maksimal 2 kilometer.

Baca lima berita populer nusantara selengkapnya:

1. Pasien meninggal di Cianjur Dipastikan negatif virus corona

Ilustrasi tewas.Shutterstock Ilustrasi tewas.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto mengatakan, pasien suspect virus corona yang meninggal di Rumah Sakit Dr Hafiz (RSDH) Cianjur, Jawa Barat, dipastikan tidak terjangkit virus corona.

Dengan kata lain, pasien berusia 50 tahun asal Bekasi, Jawa Barat, tersebut meninggal dunia bukan karena terpapar virus corona.

"Pasien itu termasuk yang negatif virus corona," katanya saat dihubungi kepada Kompas.com, Selasa (3/3/2020).

Sambungnya, kepastian itu diketahui setelah sampel milik pasien tersebut diperiksa di laboratorium oleh Kemenkes.

Baca juga: Pasien Meninggal di Cianjur Dipastikan Negatif Virus Corona

 

2. Gunung merapi kembali meletus dengan tinggi kolom 6.000 meter

Erupsi Merapi hari ini Kamis (13/02/2020)Dok. Agus Erupsi Merapi hari ini Kamis (13/02/2020)

Gunung Merapi kembali meletus dan mengeluarkan awan panas. Letusan gunung terjadi pada Selasa (3/3/2020) sekitar 05.22 WIB.

Berdasarkan laporan dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta, letusan terjadi selama 450 detik.

Akibat letusan itu, muncul kolom abu setinggi 6.000 meter dari kawah gunung. Muncul pula awan panas ke arah hulu Kali Gendol dengan jarak maksimal 2 kilometer.

BPPTKG Yogyakarta masih menetapkan status Gunung Merapi pada level II atau Waspada.

Status itu belum berubah sejak Mei 2018.

Baca juga: Gunung Merapi Kembali Meletus dengan Tinggi Kolom 6.000 Meter

 

3. Anak yatim piatu sejak bayi kini jadi polisi

Kapolda Maluku Utara Brigjen Pol Rikwanto didampingi Kapolres Ternate AKBP Azhari Juanda memberikan ucapan selamat kepada Bripda Ribut Fajar usai pelantikan anggota Polri di SPN Sofifi, Maluku Utara, Senin (02/03/2020)KOMPAS.COM/YAMIN ABDUL HASAN Kapolda Maluku Utara Brigjen Pol Rikwanto didampingi Kapolres Ternate AKBP Azhari Juanda memberikan ucapan selamat kepada Bripda Ribut Fajar usai pelantikan anggota Polri di SPN Sofifi, Maluku Utara, Senin (02/03/2020)

Kapolda Maluku Utara, Brigjen Pol Rikwanto melantik 205 bintara Polri di SPN Sofifi, Maluku Utara, Senin (2/3/2020).

Namun, dari ratusan polisi baru yang dilantik tersebut, ada yang beda di antara yang lainnya. Dia adalah Bripda Ribut Fajar.

Dalam pelantikan itu, ia tak dihadirin orangtuanya dikarenakan keduanya orangtuanya telah meninggal.

Ribut mengatakan, ayahnya meninggal sewaktu dirinya berusia tujuh bulan di dalam kandungan ibunya. Setelah Ribut lahir, ibunya meninggal dunia.

Dia mengaku, sudah 3 kali mengikuti seleksi Bintara.

Tes pertama tidak lulus, gagal di tes psikologi dan tes kedua gagal di kesehatan dan tes ketiga ini barulah lulus hingga dilantik menjadi keluarga besar Polri.

"Tidak putus asa, Alhamdulillah tes ketiga saya lolos," kata Ribut Fajar, saat ditemui usai upacara.

Sebelum menjadi anggota Polri, kata dia, kesehariannya menjadi seorang guru ngaji dan menjadi penjaga (marbot) masjid.

Semua itu mampu dijalani berkat tekad yang kuat tinggal dengan orangtua angkatnya.

"Kelulusan saya murni tanpa diminta biaya apapun," ujarnya.

Baca juga: Anak Yatim Piatu Sejak Bayi Itu Kini Jadi Seorang Anggota Polisi

 

4. Di balik kasus sopir truk tewas diamuk massa di hadapan polisi

Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw mendatangi lokasi kejadian tewasnya Yus Yunus akibat dikeroyok massa karena dikira menabrak pengendara motor, Dogiyai, Papua, Minggu (1/03/2020)Dok Humas Polda Papua Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw mendatangi lokasi kejadian tewasnya Yus Yunus akibat dikeroyok massa karena dikira menabrak pengendara motor, Dogiyai, Papua, Minggu (1/03/2020)

Yus Yunus, sopir truk asal Polewali Mandar, Sulawesi Barat, tewas diamuk massa di hadapan polisi bersenjata, Minggu (23/2/2020).

Awalnya, Yunus tewas dipukuli massa diduga karena masalah babi. Yunus dituduh menabrak babi milik warga di Kabupaten Dogiyai, Papua.

Namun, penyebab sebenarnya adalah Yunus tewas dipukuli karena warga menuduh Yunus menabrak seorang warga setempat bernama Demianus Mote.

Untuk mengetahui penyebab peritiwa itu, Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw mendatangi pun lokasi kejadian.

Dari keterangan yang didapat, saat itu, Demianus yang mengendarai sepeda motor melaju dengan kecepatan tinggi dari arah Dogiyai menuju Distrik Kamu Utara dan kemudian menabrak babi.

Damianus tidak dapat mengendalikan motornya dan oleng ke kanan lalu terserempet bemper mobil truk yang di kemudikan Yus Yunus yang datang dari arah berlawanan sehingga mengakibatkan Demianus meninggal di tempat kejadian.

"Sementara saudara Yus Yunus memberhentikan kendaraanya dan meminta bantuan menggunaan radio mobil kepada rekannya Risman dan melaporkan kejadian tersebut ke Mapolsek Kamu dan pada Pukul 12.20 WIT, selanjutnya anggota Polsek Kamu mendatangi TKP," kata Waterpauw, melalui rilis, Minggu (1/3/2020).

Baca juga: Ini yang Sebenarnya Terjadi di Balik Kasus Sopir Truk Tewas Diamuk Massa di Hadapan Polisi

 

5. WN Singapura positif corona punya rumah di Batam

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Tjetjep Yudiana mengaku dari 15 warga Batam yang dilakukan karantina terkait virus corona, 11 diantaranya ditempatkan di Asrama Haji Batam. 11 orang ini merupakan keluarga dan satu tukang ojek dari asisten rumah tangga (Pembantu) inisal Css (39), Senin (2/3/2020)KOMPAS.COM/HADI MAULANA Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Tjetjep Yudiana mengaku dari 15 warga Batam yang dilakukan karantina terkait virus corona, 11 diantaranya ditempatkan di Asrama Haji Batam. 11 orang ini merupakan keluarga dan satu tukang ojek dari asisten rumah tangga (Pembantu) inisal Css (39), Senin (2/3/2020)

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Tjetjep Yudiana mengatakan, pihaknya bersama tim, seperti KKP dan instansi lainnya saat ini terus melakukan pendalaman perjalanan WN Singapura yang dinyatakan positif terinveksi virus corona oleh pemerintah Singapura selama berada di Batam.

"Sampai saat ini kami masih melakukan pendalaman, ke mana saja WN Singapura tersebut berpergian selama berada di Batam," kata Tjetjep Yudiana melalui telepon, Senin (2/3/2020).

Menurut Tjetjep, WN Singapura yang memiliki rumah di Batam ini, yakni inisial VP (37).

Bahkan dari keterangan asisten rumah tangganya dan sopirnya, selama berada di Batam VP sempat berjalan atau berkunjung ke Mal yang ada di Batam.

"Yang namanya ke mal, tentunya pasti ada berkomunikasi dengan orang. Hal inilah yang terus kami telusuri agar siapa-siapa yang telah berkomunikasi dengan VP langsung dilakukan pemeriksaan," jelasnya.

Baca juga: Dinkes Kepri: WN Singapura Positif Corona Punya Rumah di Batam, Berkunjung ke Mal

 

Sumber: KOMPAS.com (Hadi Maulana, Fatimah Yamin | Editor: Abba Gbarillin, Aprilia Ika, Robertus Belarminus, Teuku Muhammad Valdy Arief, David Oliver Purba)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com