Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswi yang Tewas di Gorong-gorong Disebut Baru Pertama Kali Minta Uang ke Ayahnya

Kompas.com - 03/03/2020, 11:45 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Tasikmalaya berinisial DS tewas di tangan ayah kandungnya sendiri Budi Rahmat (45), Kamis (23/1/2020). 

DS ditemukan tewas di gorong-gorong sekolahnya pada Senin (27/1/2020).

Uang sebanyak Rp 400.000 menjadi alasan Budi tega membunuh putrinya.

Ironisnya, uang study tour itu adalah uang pertama yang diminta DS kepada ayahnya.

Bahkan Budi mengakui, DS tak pernah meminta uang padanya sebelum peristiwa pembunuhan itu terjadi.

"Dia (DS) baru pertama kali meminta uang kepada saya. Tapi kebetulan saya lagi tidak punya. Dia minta Rp 400 ribu, saya hanya ada Rp 200 ribu dan kas bon dari majikan Rp 100 ribu jadi Rp 300 ribu," kata pelaku, Budi, seperti dilansir dari Tribun Cirebon.

Kapolres Tasikmalaya Kota AKBP Anom Karibianto membenarkan, DS jarang meminta uang pada Budi.

"Korban memang jarang meminta uang. Tapi saat meminta uang, kebetulan tersangka lagi tidak punya, hingga terjadilah tragedi keluarga itu," kata Anom, seperti dikutip dari Tribun Jabar.

Baca juga: Tulis Curhatan Setahun Sebelum Tewas, Terkuak 5 Fakta Hidup Delis, Siswi SMP yang Ditemukan di Gorong-gorong

 

Sejumlah kerabat berupaya menenangkan Wati Candrawati (46), ibu kandung Desi Sulistina (13) alias Delis, saat pemakaman jenazah Delis di pemakaman Lewo, tak begitu jauh dari rumah Wati di Kampung Sindangjaya, Desa Linggajaya, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Rabu (29/1/2020) (Tribun Jabar/Firman Suryaman)
Sejumlah kerabat berupaya menenangkan Wati Candrawati (46), ibu kandung Desi Sulistina (13) alias Delis, saat pemakaman jenazah Delis di pemakaman Lewo, tak begitu jauh dari rumah Wati di Kampung Sindangjaya, Desa Linggajaya, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Rabu (29/1/2020) (Tribun Jabar/Firman Suryaman)
Ayah dan ibu berpisah

Orangtua DS berpisah semenjak DS masih kecil.

Perceraian terjadi sekitar 10 tahun yang lalu, kurang lebih saat DS berusia 3 tahun.

Menurut ibu kandung DS, Wati Candrawati, semenjak bercerai suaminya jarang menafkahi mereka.

Ketika DS meninggal dunia pun, suaminya tak datang di acara pemakaman.

"Ayahnya orang yang tak bertanggung jawab, Sejak diketahui meninggal sampai hari ini tak pernah datang berkunjung ke sini," kata dia.

Baca juga: Terungkap, Siswi Tewas di Gorong-gorong karena Dibunuh Ayah Kandung

Gara-gara uang study tour Rp 400.000,00

ilustrasi uang dalam amplop.Thinkstock ilustrasi uang dalam amplop.
Kamis (23/1/2020) sepulang sekolah, DS menuju ke tempat kerja ayahnya.

Rencananya, DS meminta uang untuk pembayaran study tour ke Bandung sejumlah Rp 400.000,00.

Namun saat didatangi, Budi memberikan DS uang Rp 300.000,00.

Lantaran terus dimintai, Budi membawa DS ke sebuah rumah kosong di dekat tempat kerjanya.

Mereka terlibat adu mulut. Budi kemudian mencekik DS hingga tewas.

Ia sempat meninggalkan mayat putrinya dan kembali bekerja.

Malam harinya, saat hujan deras, Budi memboncengkan jasad DS dengan sepeda motornya.

Kedua tangan DS diikat dengan kabel.

Kemudian pria itu membuang jasad putrinya di gorong-gorong depan sekolah DS, di SMPN 6 Tasikmalaya.

Jasad DS ditemukan pada Senin (27/1/2020).

Ayah DS kemudian ditangkap sebulan setelah penemuan jasad DS. Ia terancam hukuman 20 tahun penjara.

Sumber: Kompas.com (Kontributor Tasikmalaya, Irwan Nugroho | Editor: Aprilia Ika, Candra Setia Budi) Tribun Cirebon

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com