Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luapan Sungai Lematang Prabumulih Diduga Bawa Limbah Pabrik, Korban Banjir Sakit Gatal-gatal

Kompas.com - 26/02/2020, 21:10 WIB
Amriza Nursatria,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PRABUMULIH, KOMPAS.com - Banjir yang merendam wilayah Kelurahan Payu Putat, Kecamatan Prabumulih Barat, Kota Prabumulih, Sumatera Selatan lebih dari satu minggu ini, mulai berdampak pada kesehatan, terutama anak-anak.

Dampak yang paling terasa adalah gatal-gatal pada kulit yang diderita anak-anak.

Seperti dialami salah satu anak balita yang tinggal di sisi sungai lematang Payu Putat.

Kulitnya menderita gatal-gatal sehingga terlihat penuh luka bekas garukan karena rasa gatal yang dirasakannya.

Bekas garukan itu terlihat membekas di kaki, tangan dan punggung anak tersebut.

Menurut Eky Susanto ayah dari anak tersebut, gatal-gatal yang diderita anaknya tersebut muncul setelah anaknya dimandikan di sungai lematang yang ada di belakang rumahnya.

Usai dimandikan tak lama anaknya merasa gatal dikulitnya yang terus digaruknya sehingga luka dan meninggalkan bekas berwarna merah di kulit.

Baca juga: Banjir 1 Meter di Prabumulih, Warga Mandi dan Cuci Pakaian di Jalan

Limbah pabrik, air sungai jadi keruh, licin saat dipakai mandi

Eky menduga rasa gatal itu akibat limbah pabrik sebuah perusahaan yang ada di bagian hulu sungai yang dibuang ke sungai Lematang.

Menurut Eky, saat limbah dibuang air sungai akan berwarna keruh dan putih.

Hingga ini terang Eky, belum ada perhatian dari pihak perusahaan terhadap anaknya yang menderita gatal-gatal tersebut.

Untuk mengobati anaknya Eky mengobati sendiri dengan membawanya ke puskesmas tak jauh dari rumahnya.

Baca juga: Selama Sepekan, Jembatan di Sungai Pentasan Prabumulih Terendam Banjir

 

Ekky sendiri berharap pihak perusahaan tidak lagi membuang limbah ke sungai lematang tersebut.

“Gatal yang diderita anak saya akibat mandi di sungai yang tercemar limbah salah satu perusahaan yang dibuang ke sungai, saat limbah dibuang air menjadi keruh dan berwarna putih, ketika mandi di kulit terasa licin,” terang Eky

“Bantuan dari perusahaan terutama pengobatan belum ada, saya mengobati sendiri anak saya dengan membawa ke puskesmas tak jauh dari rumah,” tambah Eky

Eky juga menuntut pertanggungjawaban pihak perusahaan dengan membersihkan sungai dari limbah dan jangan lagi membuang limbah ke sungai Lematang.

Baca juga: Banjir di Prabumulih Rendam Permukiman dan Puluhan Hektar Kebun Karet

DPRD Muara Enim minta semua pihak duduk bersama

Ketua DPRD Prabumulih Sutarno dikonfirmasi soal penyakit gatal yang diderita warga Payu Putat Prabumulih yang diduga akibat limbah yang dibuang ke sungai Lematang memberikan tanggapannya.

Ia mengatakan, permasalahan salah satu perusahaan yang limbahnya diduga mencemari sungai Lematang sehingga menyebabkan penyakit gatal pada anak-anak, tidak hanya menjadi tanggung jawab Kota Prabumulih, tetapi juga merupakan tanggung jawab Pemkab Muara Enim.

Untuk itu Sutarno mengajak pihak Pemkab Muara Enim dan Bagian Lingkungan Hidup Provinsi Sumsel untuk duduk bersama membicarakan hal itu.

“Persoalan itu sudah lama, tidak bisa diselesaikan oleh Pemkot Prabumulih saja tapi juga Pemkab Muara Enim, ini yang sedang kita dorong,” jelas politisi Partai Golkar tersebut.   

“Ini wewenang provinsi, jadi lebih tepat jika Pemerintah Kabupaten Muara Enim, Pemkot Prabumulih dan pihak KLH Provinsi duduk bersama membahas soal limbah itu,” tambah Sutarno.

Baca juga: Banjir Dua Minggu, Warga Payu Putat Prabumulih Terpaksa Menganggur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com