Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ridwan Saidi Sebut Kerajaan Galuh Fiktif, Guru Besar Ilmu Sejarah Angkat Bicara

Kompas.com - 21/02/2020, 05:56 WIB
Candra Nugraha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

"Ada naskah-naskah Sunda yang menyebut soal Galuh. Ridwan Saidi tidak baca ini," ucapnya.

Prasasti Tatar Sunda

Terkait prasasti, Nina menjelaskan Tatar Sunda hanya punya 30 prasasti sepanjang 1.500 tahun. Orang Sunda, kata dia, bukannya malas melainkan kultur budaya Sunda yang kehidupannya berladang atau berpindah-pindah sehingga tidak memiliki candi besar. 

"Oleh karenanya ibu kota Galuh berpindah-pindah. Makanya tak ada candi besar di sini," jelas Nina.

Seorang sejarawan akademisi juga harus menguasai sejumlah interpretasi, di antaranya interpretasi verbal, logis, psikologis, faktual hingga teknis.

Ketika Ridwan Saidi bicara Galuh berarti brutal, kata Nina, itu termasuk interpretasi verbal.

"Dia harus melakukan interpretasi logis. Dia harus berpikir, masak orang Galuh memberi nama kerajaannya brutal," ujar Nina.

Terkait prasasti Galuh disebut palsu, Nina menjelaskan, saat penelitian ia melibatkan doktor arkeolog dan ahli geologi di timnya.

Kata Nina, yang bisa membaca prasasti bukan sejarawan, tapi arkeolog.

"Mereka melihat guratannya, huruf dan tulisan," jelas Nina.

Menurut dia, prasasti Kawali ada enam. Yang lima disinggung dalam buku History of Java karya Thomas Raffles.

"Rafles menulis di Kawali ada prasasti," katanya.

Terkait pelabuhan niaga, Nina mengatakan, ada temuan keramik dari masa Dinasti Ming di sekitar Astana Gede Kawali. Dinasti tersebut ada pada abad ke 13 hingga 14.

Dia mengajak ahli geologi untuk mencari dari mana asal masuknya keramik tersebut. Hasil penelitiannya, barang tersebut datang dari Pelabuhan Cimanuk di daerah Pantai Utara.

"Ada jalur perdagangan internasional sampai Kawali. Ada tesisnya. Ini pelabuhan milik Kerajaan Galuh," kata Nina.

Nina mengatakan, Kerajaan Galuh dibangun tahun 732 setelah Kerajaan Tarumanagara runtuh.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com