KOMPAS.com - Budayawan Betawi, Ridwan Saidi menyebutkan bahwa dahulu kala tidak ada Kerajaan Galuh di Ciamis. Pernyataan itu diungkapkan di kanal Youtube Macan Idealis yang diunggah pada Rabu (12/2/2020).
"Mohon maaf ya dengan saudara-saudara di Ciamis. Di Ciamis itu enggak ada kerajaan," kata Ridwan Saidi pada tayangan video tersebut.
Menurut Saidi, petunjuk adanya kerajaaan bisa dilihat dari indikator ekonomi dan dia mempertanyakan apakah ada penghasilan dari daerah Ciamis.
Baca juga: Kontroversi Ridwan Saidi, Sebut Tak Ada Kerajaan di Ciamis hingga Sriwijaya Kerajaan Fiktif
"Ciamis penghasilannya apa? Pelabuhan di selatan kan bukan pelabuhan niaga. Sama dengan pelabuhan di Teluk Bayur. Bukan pelabuhan niaga. Hanya pelabuhan penumpang. Di Ciamis juga sama, lalu dagang apa?" kata Saidi.
Ia mengatakan untuk membiayai sebuah kerajaan harus ada indikator ekonomi, salah satunya adalah pelabuhan.
Saidi juga menyampaikan, penamaan kata Galuh agak keliru. Kata dia Galuh berarti brutal.
"Sunda Galuh saya kira agak keliru penamaannya," ujarnya.
Baca juga: Bakal Dilaporkan ke Polisi oleh Warga Ciamis, Begini Jawaban Ridwan Saidi
Ketua Dewan Kebudayaan Ciamis, Yat Rospia Brata mengatakan ada 200 orang dari berbagai elemen antara lain kabuyutan dari Kuningan, Tasik, Banjar, dan Cilacap.
Yat Rospia Brata membantah pernyataan Saidi yang mengatakan tak ada kerajaan di Ciamis.
Ia menyebut ada kerajaan di Ciamis dan di daerah tersebut juga memiliki dermaga di Karangmulyan yang menjadi tempat keluarnya barang dagang dari Cilacap.
"Kopi, lada dan sebagainya. Dia (Saidi) enggak tahu," ujar Yat.
Baca juga: Ridwan Saidi Artikan Galuh Brutal, Bupati Ciamis Siap Ambil Jalur Hukum
Selain itu, Yat membantah arti Galuh yang disebut berarti brutal oleh Saidi.
Menurutnya bahwa instansi yang menggunakan nama Galuh salah satunya dipakai nama universitas dan instansi militer.
"Kami (memakai nama) Universitas Galuh. Kalau dibilang Galuh berarti brutal, masak universitas brutal. Ada juga Brigif Galuh. Ini bahaya sekali (mengartikan Galuh sebagai brutal)," jelas Yat.
Selain itu Yat meminta Ridwan Saidi membuktikan ucapannya dan meminta Ridwan datang ke Ciamis dalam waktu 2x24 jam.
"Jika tidak hadir, kami akan laporkan segala persoalan ini ke polisi," kata Yat.
Baca juga: Ridwan Saidi Sebut Tak Ada Kerajaan Galuh, Budayawan Ciamis Protes
Ia mempertanyakan Ridwan Saidi yang menyebut tak ada kerajaan di Ciamis dan Galuh berarti brutal.
"Dasarnya apa? Kita tidak ujuk-ujuk (tiba-tiba) ada Galuh," kata Herdiat disela aksi unjuk rasa yang memprotes pernyataan Ridwan Saidi, di Alun-alun Ciamis, Jumat (14/2/2020).
"Hasil penelitian, pengkajian ahli, profesor yang meneliti. Barang-barang bukti peninggalan (kerajaan) Galuh ada secara otentik."
Baca juga: Ridwan Saidi Sebut Sriwijaya Kerajaan Fiktif, Budayawan Sumsel Bikin Video Tandingan
Herdiat menegaskan masyarakat Tatar Galuh tidak merasa brutal. Dia justru merasa bangga dengan nama Galuh.
"Saya bangga pin (bertuliskan) Galuh tiap hari saya pakai. Bangga sebagai masyarakat Tatar Galuh Ciamis yang pernah punya kejayaan, masa keemasan. Maka kita ingin bangkitkan semangat Galuh," jelas Herdiat
Untuk menyelesaikan persoalan ini, Herdiat mengancam akan membawanya ke ranah hukum. Dia akan melaporkan hal ini ke polisi jika tak ada klarifikasi dari Ridwan Saidi.
"Kita tak boleh brutal, tapi tuntut secara hukum. Setuju semua ya," kata Herdiat kepada massa aksi.
Baca juga: Ditantang ke Ciamis, Ridwan Saidi: Saya Akan Datang jika Diundang
“Saya minta maaf sebesar besarnya telah membuat kegaduhan,” kata dia saat dihubungi Kompas.com, Jumat (14/2/2020).
Namun walau sudah meminta maaf, dia tidak bisa menarik ucapanya tersebut terkait “galuh” yang disebutnya berarti brutal.
Menurutnya dahulu masyarakat ras kaukasia (ras kulit puti) yang tinggal bersama pribumi kerap menggunakan bahasa Armenia. Pada masa itulah, masyarakat pribumi akrab dengan istilah Galuh yang berarti brutal.
Baca juga: Diprotes Warga Ciamis, Ridwan Saidi Tetap Keukeuh Arti Galuh adalah Brutal
Namun berjalannya waktu, penduduk lokal saat itu salah mengartikan istilah 'galuh'. Kesalah pahaman arti terjadi hingga saat ini.
“Jadi istilah Galuh itu memang ada kamusnya. Saya meminta maaf karena sudah meresahkan. Tapi saya tidak bisa mengubah kamus Armenia,” ucap dia.
Pria yang akrab dipanggil Babe itu mengaku siap datang ke Ciamis untuk menjelaskan dengan detail sejarah tersebut jika diundang.
“Tapi undangannya belum disampein. Ya saya datang dong kalau dapet undangan. Apa transport saya bayar sendiri? Nginep saya bayar sendiri atau gimana?” ujar dia.
Baca juga: Raden Fatah Disebut Yahudi, Warga Demak Demo Tuntut Ridwan Saidi Minta Maaf
Terkait rencana dilaporkan polisi, Ridwan Saidi mengatakan setiap orang berhak membuat laporan ke polisi.
“Itu kan hak masing-masing (untuk melaporkan ke polisi). Saya hanya masyarakat Indonesia yang tidak punya pangkat apa–apa, hanya keinginan saya merekonstruksi sejarah Indonesia, itu saja,” kata dia
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Candra Nugraha, Walda Marison | Editor: Aprillia Ika, Sabrina Asril)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.