Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengakuan Perempuan Pengantin Pesanan yang Masih di China, Ingin Pulang Kangen Keluarga

Kompas.com - 30/01/2020, 14:15 WIB
Rachmawati

Editor

Saya dilaporkan kakak sepupu saya ke polisi. Padahal saya bilang, kalau dia mau nikah ke sana, apapun risikonya, itu risiko dia. Enak tidak enak, dia harus tahan. Saya sudah ingatkan dia. Jangan salahkan saya.

Baca juga: 14 Korban Pengantin Pesanan Asal Indonesia Dipulangkan dari Beijing

'Jangan sampai terjebak lagi'

Judha Nugraha, Direktur Perlindungan WNI di Kementerian Luar Negeri, menyebut para perempuan Indonesia harus selektif dan cerdas menerima tawaran menikah dengan laki-laki asal China, terutama yang melalui perantaraan comblang atau agen.

Judha berkata, di lingkup personal, pernikahan antara dua individu yang berbeda bangsa dan budaya rentan konflik. Persoalan itu disebutnya belum termasuk dugaan keterlibatan sindikat perdagangan orang di balik rumah tangga tersebut.

"Menikah tanpa memahami perbedaan budaya, akan muncul banyak masalah, sesimpel urusan makan misalnya. Atau bagaimana peran istri terhadap suami," ujarnya kepada BBC News Indonesia.

Baca juga: Gubernur Viktor Laiskodat Diminta Fokus Atasi Perdagangan Manusia, Tak Hanya Pernyataan Kontroversial

"Masyarakat China sangat patriarkis, yang diutamakan laki-laki, perempuan hanya membantu suami, termasuk dalam pekerjaan. Jika suaminya petani, istri diharapkan ikut bekerja," kata Judha.

Judha menyebut Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing juga tak dapat begitu saja memulangkan mereka yang mengklaim diri sebagai 'pengantin pesanan'.

"Beberapa perempuan Indonesia sudah terdaftar resmi menikah di China, ketika ingin dipulangkan, masalah keluarga harus diselesaikan dulu."

"Jika terikat perkawinan dan tidak ingin melanjutkannya, mereka harus melalui proses perceraian dulu. Kalau tidak, izin keluar tidak akan dikeluarkan pemerintah China. Itu butuh waktu karena ranah keluarga," ucap Judha.

Baca juga: Diduga Korban Perdagangan Orang, 8 Perempuan Pekerja Migran Indonesia Malah Ditahan

Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) merupakan salah satu kelompok yang membantu kepulangan pengantin pesanan dari China.

Juliana, salah satu aktivis lembaga nonprofit itu, mengaku kerap menggunakan kocek pribadi untuk menebus tiket pesawat para pengantin pesanan.

Juliana berkata, mereka juga kerap bekerja secara klandestin alias secara diam-diam, saat memulangkan perempuan-perempuan Indonesia itu.

Sejumlah WNI yang menetap di China, baik mahasiswa atau pekerja profesional, disebutnya, berperan vital dalam proses pemulangan itu.

Baca juga: Kenali Ciri-ciri Awal Kejahatan Perdagangan Orang

"Kami bertekad terus membantu para korban, bersama teman-teman, meluangkan waktu kami," ujarnya.

Pegiat SBMI, Iswandi menuturkan pada pekan kedua Januari 2020, satu lagi pengantin pesanan kembali dipulangkan dari China dengan bantuan SBMI.

Perempuan berinisial MJ itu berasal dari Kalimantan Barat.

"Dia baru saja melalui perjalanan yang sangat panjang."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com