Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Anak Balita Asal China Alami Demam Tinggi, Dirawat di Ruang Isolasi RSUD NTB

Kompas.com - 29/01/2020, 10:03 WIB
Karnia Septia,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS.com - Pasien balita berinisial W berusia satu tahun lima bulan yang berasal dari Hainan, China, hingga kini masih dirawat di ruang isolasi RSUD NTB.

Dirut RSUD NTB, H Lalu Hamzi Fikri menceritakan, sebelum sampai di Lombok dan dirawat di ruang isolasi RSUD NTB, W menempuh perjalanan dari China menuju Kuala Lumpur, Malaysia, pada 16 Januari 2020.

Setelah dari Malaysia, W bersama kedua orangtuanya terbang ke Bali pada 17 Januari 2020.

Tanggal 21 Januari 2020, dengan menumpang kapal cepat, mereka menyeberang ke Lombok dan menginap di Senggigi.

Baca juga: Cerita Ayah Telepon Putrinya di Wuhan 3 Jam Sekali Hanya untuk Tanya Kabar

W mulai mengalami demam pada tanggal 26 Januari 2020. Selain demam, dia juga tidak mau makan dan sakit tenggorokan.

Akhirnya tanggal 27 Januari pukul 13.30 Wita, anak balita tersebut dibawa ke RSUD NTB.

Sampai di rumah sakit, tim medis langsung memberikan asesmen pasien dengan keluhan panas, sakit tenggorokan, dan sulit menelan.

Berdasar screening awal tersebut, akhirnya pihak rumah sakit memutuskan untuk merawat pasien di ruang perawatan isolasi Ruang Otak Koko.

"Mengapa harus dirawat di ruang perawatan isolasi, pertama, pasien berasal dari warga negara China, kemudian ada gejala panas, kemudian batuk dan serak ada gangguan di tenggorokan, tidak mau makan, yang terpenting adalah untuk memantau perkembangan penyakit sebagai langkah antisipasi," terang Fikri dalam rilis resmi, di Mataram, Selasa (28/1/2020).

Selain menempatkan pasien di ruang isolasi, pihak rumah sakit juga telah berkoordinasi dengan tim satgas, Dinas Kesehatan Provinsi NTB dan KKP untuk mengambil langkah lanjutan.

Demam dan sakit tenggorokan

Dokter Spesialis Anak Konsultan Respirologi Anak, dr Sang Ayu K Indriyani, Sp A (K), M Kes yang merawat pasien tersebut mengatakan, W datang ke rumah sakit dalam kondisi demam yang cukup tinggi.

Baca juga: Kondisi Mental Mulai Drop, WNI di Wuhan Berharap Segera Dievakuasi

Suhu tubuhnya saat itu mencapai 38,4 derajat celsius disertai batuk dan suara serak. W juga mengalami kesulitan untuk menelan makanan.

Suhu tubuh anak balita ini juga sempat naik dari 38,4 menjadi 38,9 derajat celsius.

Kasus W masuk dalam level pengawasan, apalagi negara asal anak balita ini dari China yang saat ini sedang merebak virus corona.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, pihak rumah sakit memutuskan agar pasien W dirawat di ruang isolasi.

Selain memberi nutrisi lewat cairan, petugas medis juga melakukan pemeriksaan darah dan pemeriksaan foto dada. Dari foto dada, ada gambaran radang paru, tetapi ringan.

"Semua penanda infeksi sementara dari darah tidak mengarah pada corona, tapi mengarah ke arah bakteri," terang Indriani.

Baca juga: Orangtua Mahasiswi Unesa di Wuhan Sebut Anaknya Ingin Cepat Dievakuasi

Saat ini, menurut dokter Indriyani, kondisi pasien berangsur membaik dan masih dalam pengawasan.

Selain melakukan perawatan, pemeriksaan lain tetap dilakukan, di antaranya mengirimkan spesimen swab tenggorokan, cek darah ke Balitbangkes Jakarta untuk memastikan apakah positif corona atau negatif corona.

Butuh waktu dua hari untuk mengetahui hasil pemeriksaan laboratorium. W akan tetap berada di ruang isolasi ditemani orangtuanya hingga hasil laboratorium keluar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com