Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Ratusan Ekor Kerbau Moa Mati Sepanjang 2019

Kompas.com - 28/01/2020, 22:46 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

AMBON, KOMPAS.com - Kemarau panjang yang terjadi di Kabupaten Maluku Barat Daya telah menyebabkan ratusan ekor kerbau moa milik warga di Desa Tounwawan, Kecamatan Pulau Moa, mati sepanjang 2019.

Kepala Desa Tounwawan Lumosterd Terapoik mengatakan, setiap tahun ratusan kerbau moa di desa tersebut mati, karena tidak adanya kebutuhan air saat musim kemarau panjang datang.

“Setiap tahun, ratusan ekor kerbau di desa kami mati akibat tidak ada sumber air,” kata Lumosterd saat dihubungi, Senin (28/1/2020).

Baca juga: Istri Gubernur Akui Angka Stunting di Maluku Tinggi, Ini Penyebabnya

Dia mengatakan, musim kemarau panjang selalu terjadi pada Sepetember hingga Desember.

Saat musim kemarau tiba, tak hanya sumber air yang mengering, namun rumput yang menjadi sumber makanan bagi kerbau juga kering.

“Jumlah kerbau mati tahun 2019 itu 300-an, itu yang paling banyak selama ini. Kerbau-kerbau itu mat karena kekurangan sumber air,” ujar Lumosterd.

Dia menjelaskan, di desanya populasi kerbau moa mencapai lebih dari 1.000 ekor.

Sayangnya, setiap tahun ratusan ekor kerbau mati karena tidak tersedianya kebutuhan sumber air di wilayah itu.

Terkait masalah tersebut, pihahknya telah menyampaikan ke pemerintah kabupaten setempat, juga ke dinas peternakan untuk segera mengatasi masalah tersebut.

Namun, hal itu belum juga ditindaklanjuti hingga saat ini.

“Kita sudah lapor ke pemerintah kabupaten, termasuk ke dinas peternakan, tapi dua tahun ini tidak pernah ditindaklanjuti,” ujar dia.

Baca juga: BPOM Pastikan Tidak Ada Beras Plastik Beredar di Maluku

Lumosterd menambahkan, terkait masalah itu juga, pihaknya telah mengirim surat secara resmi ke Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementrian PUPR.

Sementara itu, Ketua Komisi C DPRD Maluku Anos Jermias membenarkan bahwa setiap tahun, ratusan ekor kebau moa mati karena kekurangan air bersih akibat kemarau berkepanjangan di wilayah tersebut.

Saat dia melakukan reses di wilayah tersebut, diketahui ada 300 hingga 500 ekor kerbau moa yang mati.

“Yang kami sesalkan itu jarak antara desa-desa ini ke kota kabupaten itu kan 30 menit, terlalu cepat. Lalu ada program pemerintah daerah agro wisata. Kerbau moa semestinya juga harus dilakukan dengan upaya-upaya untuk menyelamatkan kerbau ini,” kata Anos.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com