Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suami Idap Gangguan Jiwa, Dipasung 8 Tahun, Istri: Saya Biayai 4 Anak Sendirian

Kompas.com - 26/01/2020, 16:53 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Hati Paulina Gawung, warga di Kampung Ara Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) teriris-iris saat kali pertama mengetahui suaminya, Donatus Agut (54) mengidap gangguan kejiwaan.

Namun sebagai ibu dari empat anak, tak ada cara lain selain tabah dan tegar menghadapi keadaan tersebut.

Lantaran kejiwaan suaminya yang terganggu, Donatus pernah menyerang dirinya.

Tak hanya itu, tindakan Donatus menjadi semakin tak terkendali dan mengganggu keamanan warga.

Paulina mengungkapkan, suaminya pun akhirnya dipasung sejak tahun 2012 silam.

"Sudah 8 tahun suami dipasung, saya betul-betul sengsara," katanya.

Baca juga: Hasil Pemeriksaan Psikologis, Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat Tak Memiliki Gangguan Jiwa

Biayai empat anak

Ilustrasi anak belajarshutterstock Ilustrasi anak belajar

Paulina memiliki empat orang anak. Sejak suaminya menderita gangguan jiwa, ia harus membiayai kebutuhan harian dan biaya pendidikan empat anaknya.

Saat ini, anak sulung Donatus duduk di bangku SMA. Sedangkan dua adiknya duduk di bangku SMP dan satu anak lainnya masih bersekolah di SD.

"Saya sendiri yang bekerja keras untuk membiayai pendidikan keempat anak-anak," ungkap Paulina.

Paulina membanting tulang agar dirinya dan empat anaknya tetap bertahan.

"Dengan bekerja serabutan atau mengolah hasil perkebunan untuk dijual," ungkap dia.

Meski mengaku hidupnya menjadi sangat berat selepas suaminya mengalami gangguan jiwa dan harus dipasung, Paulina ingin tetap sabar.

"Sudah 8 tahun suami dipasung, saya betul-betul sengsara. Saya tetap tabah dan sabar merawat suami yang dipasung serta membiayai pendidikan anak-anak," kata dia.

Baca juga: Bertemu Sukiyah yang Miliki Rambut 2 Meter Jadi Sarang Tikus Paling Menggetarkan Hati Ardian

Pernah diserang

Ilustrasi kekerasan dalam hubunganthinkstock/lolostock Ilustrasi kekerasan dalam hubungan

Donatus diketahui mengidap sakit sejak 2005. Namun, saat itu ia masih bisa bekerja.

Waktu berjalan, sakitnya semakin parah. Ia juga mulai menyerang dan mengganggu warga.

Kepala Desa Ngampang Mas Herison Songgo mengatakan, Donatus terpaksa dipasung lantaran menyerang orang lain. Donatus, sebutnya, juga melakukan tindak kekerasan terhadap istri dan terus berteriak.

"Sesungguhnya keluarga tak mengharapkan dipasung, tapi dia melakukan tindakan kekerasan kepada istrinya hingga dia dipasung di pondok tersendiri di samping rumah," jelas Herison.

Pernah suatu kali, alat yang memasung satu kaki Donatus dibongkar.

Namun saat istrinya, Paulina datang membawa makanan, Donatus kembali melakukan kekerasan pada Paulina.

Baca juga: 511 ODGJ di Jateng Ditemukan Terpasung, Jumlahnya Terus Meningkat Sejak 2013

Doa sang anak

Ilustrasi anakshutterstock Ilustrasi anak

Putra Donatus, Yohanes Hamu (12) mengatakan, biasanya dirinya membawakan makanan untuk ayahnya sebelum berangkat ke sekolah.

Sedangkan sepulang sekolah, ia membawakan minuman untuk ayahnya yang dipasung di dalam pondok.

Ketika malam, Yohanes membawakan makan malam untuk ayahnya.

"Saya bersama Mama dan tiga kakak saya sangat mencintai ayah. Namun, kami tak berdaya untuk membebaskan ayah yang dipasung karena menderita gangguan jiwa," katanya.

Ia selalu berdoa agar ayahnya yang saat ini menjalani pengobatan dapat sembuh dan lepas dari pasungan.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Manggarai, Markus Makur | Editor : Aprillia Ika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com