Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polemik Ekspor Benih Lobster, Edhy Prabowo: Jangan Uji Keberanian Saya...

Kompas.com - 19/12/2019, 22:33 WIB
Wijaya Kusuma,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Polemik ekspor benih lobster (benur) mencuat di media sosial. Namun, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengaku tidak akan terpengaruh dengan polemik yang terjadi.

Hal ini disampaikannya saat memberikan sambutan di Rapat Kerja Teknis Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) di Sleman, Kamis (19/12/2019).

"Walaupun ribut di masyarakat silakan saja ribut, wong enggak ngerti materinya kok, enggak ngerti urusannya, kok tiba-tiba ngomong," ujar Edhy Prabowo, Kamis.  

Edhy mengungkapkan, di dalam polemik yang dibahas hanyalah mengenai ekspor benih lobster. Padahal, sebenarnya tujuan akhirnya bukanlah eskpor.

"Bukan ekspor tujuan akhir kita tentang benur ini. Ini hanya salah satu saja," ucapnya.

Dijelaskanya, terkait dengan lobster persoalanya adalah karena ada peraturan menteri (permen). Menurutnya, peraturan menteri tersebut bersifat menghambat.

"Ada lobster tidak boleh diekspor, dibudidayakan pun tidak boleh terus bagiamana, di permen itu tidak boleh lho. Cuma taruh di alam, padahal kalau di alam tidak lebih satu persen hidupnya," katanya.

Baca juga: Dedi Mulyadi: Usut Pelaku Penyelundupan Benih Lobster

Tidak ubah Permen soal lobster

Namun, Edhy menyampaikan tidak lantas mengubah peraturan menteri tersebut.

"Itu pun tidak langsung. Saya stop, enggak langsung. Saya ubah. Saya minta ahlinya dulu, akademisi, para ilmuwannya, minta secara saintiknya seperti apa," katanya.

Saat ini, yang dipermasalahkan hanyalah terkait wacana ekspor benih lobster. Padahal, ada pelarangan ekspor kepiting dan rajungan yang diatur dalam permen tersebut.

"Kan bukan hanya lobster saja masalah kita, belum masalah rajungan, masalah lain adalah kepiting, yang ada pedagang kepiting soka, pengusaha kepiting soka yang sekarang pada gulung tikar. Belum kerapu, yang sekarang sudah gulung tikar, ini mau diapain?" ujarnya.

Semua permasalahan tersebut, kata Edhy, dapat diselesaikan dengan satu peraturan menteri.

"Kenapa saya tidak mengambil keputusan itu? Kok saya hanya takut dengan media sosial yang menyerang saya. Jangankan menyerang saya, menembak kepala saya pun saya akan ambil keputusan untuk rakyat saya," katanya.

Edhy pun mengaku tetap akan terus melangkah dan tidak akan ragu untuk mengambil kebijakan.

"Jadi bapak ibu sekalian jangan uji keberanian saya menghadapi ini," katanya.

Baca juga: Penyelundupan 10.000 Ekor Baby Lobster ke Vietnam Digagalkan

Buka dialog

Edhy juga membuka ruang dialog ketika ada yang tidak setuju. Edhy mempersilakan pihak yang tidak setuju untuk datang dan menyampaikan. Jangan hanya berbicara di publik.

Usai acara, saat diminta tanggapan terkait dimedia sosial ada tagar menenggelamkan dirinya karena wacana ekspor benih lobster, Edhy menaggapi santai.

"Enggak ada masalah. Saya ditenggelamkan enggak ada masalah. Jangankan ditenggelamkan, ditembak kepala saya, kalau saya yakin ini untuk kepentingan masyarakat saya, saya akan lakukan, enggak usah khawatir," ucapnya.

Edy mengatakan dirinya sudah iklas hidupnya untuk membangun negeri ini. Ia pun akan membuktikan jika presiden tidak salah menunjuk dirinya menjadi menteri.

"Saya akan buktikan ke Pak Jokowi. Pak Prabowo tidak salah memilih saya. Pak Jokowi tidak salah menunjuk saya, dan akan saya buktikan," ujarnya.

Baca juga: Sepanjang 2019, Penyelundupan Benih Lobster Senilai Rp 120 Miliar Digagalkan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com