Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stunting di Surabaya 15.000, Pemkot Bentuk Satgas Stunting

Kompas.com - 19/12/2019, 06:00 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com-Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur akan membentuk satuan tugas (satgas) stunting.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita menyampaikan, satgas stunting bakal ditempatkan di sejumlah kelurahan di Surabaya.

Satgas yang rencananya akan dibentuk 27-31 Desember 2019 ini bertugas menekan angka stunting.

"Sehingga pada 2020 nanti kita betul-betul siap mengatasi permasalahan stunting ini," katanya, Rabu (18/12/2019).

Menurutnya, stunting dapat dilihat apabila saat dilahirkan panjang bayi kurang dari 47 sentimeter.

Penyebab utama stunting, lanjutnya, bermuara pada gizi ibu saat hamil.

Kekurangan gizi kronis hingga menderita penyakit dapat menjadi pemicu utama stunting.

Baca juga: Jumlah Stunting di Surabaya Mencapai 15.000, Ini yang Dilakukan Risma

Cegah stunting melalui sertifikat layak nikah

Ilustrasi buku nikah di Indonesia.SHUTTERSTOCK/RAHADIANPERWIRANEGARA Ilustrasi buku nikah di Indonesia.

Feni memaparkan, stunting dapat dicegah dengan memberikan pemahaman pada calon pengantin.

Di Surabaya, calon pengantin yang akan menikah harus mengikuti program pendampingan puskesmas.

Program tersebut memetakan kelayakan menikah calon pasangan suami istri.

Jika mereka layak menikah, calon pengantin akan mendapatkan sertifikat layak menikah.

Hal itu merupakan langkah memastikan calon orangtua siap mencegah anak stunting.

Baca juga: Cegah Stunting dengan Konsumsi Telur...

Peran suami

Wali Kota Surabaya Tri RismahariniKOMPAS.COM/GHINAN SALMAN Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyebut, suami berperan penting dalam pemberantasan stunting.

Menurutnya, suami harus memberikan dukungan dan kepedulian gizi ibu dan bayi.

"Orangtua harus peduli gizi. Misalkan gini, kalau memang (menonton) TV itu bukan kebutuhan utama, istrinya yang hamil ya harus didahulukan. Jadi ini adalah gerakan," ujar Risma.

Ia mengungkapkan, stunting bukan dipengaruhi oleh faktor genetik.

Menurutnya, gizi ibu saat mengandung bayi dan pada awal masa pertumbuhan atau seribu hari pasca kelahiran menjadi faktor penting.

Ia mengimbau ibu hamil harus memerhatikan gizi dan perilaku hidup sehat agar anak yang dilahirkan tidak menderita stunting.

Baca juga: Jokowi Ngotot Turunkan Angka Stunting Jadi 14 Persen

Merujuk data Dinas Kesehatan Kota Surabaya, pada 2018 ada 16.000 anak di Surabaya menderita stunting.

Tahun 2019, jumlah tersebut menurun hingga mencapai 15.000 anak.

Pemerintah Kota Surabaya menargetkan jumlah anak penderita stunting bisa berkurang 50 persen pada tahun 2020.

Sumber: KOMPAS.com (Penulis Kontributor Surabaya, Ghinan Salman | Editor Abba Gabrillin)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com