Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Orangutan Junai yang Buta Tertembus Peluru, Melanjutkan Hidup di Gunung Tarak

Kompas.com - 12/11/2019, 21:21 WIB
Hendra Cipta,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Meskipun salah satu matanya mengalami kebutaan, tim pelepasan yakin bahwa hal tersebut tidak akan mengurangi kemampuannya untuk bertahan hidup selayaknya orangutan.

Dia menjelaskan, orangutan dikenal sebagai satwa cerdas dengan tingkat kemampuan adaptasi yang tinggi.

“Kehilangan satu matanya tidak akan berpengaruh banyak dalam kemampuan bertahan hidupnya karena kemampuan adaptasi orangutan cukup bagus di alam liar. Kami yakin Junai akan baik-baik saja dan senang dengan rumah barunya ini,” tambahnya.

Baca juga: Penembak Orangutan Hope Hanya Dihukum Wajib Azan, Ini Penjelasan BKSDA

Korban karhutla

Direktur Program IAR Indonesia, Karmele L Sanchez berujar, orangutan Junai ini adalah salah satu korban kebakaran hutan dan lahan pada bulan kemarin.

"Kita sangat sedih melihat areal yang telah terbakar di sekitar kawasan hutan yang menjadi habitat orangutan Junai," ucapnya.

Menurut Karmele, orangutan yang terpaksa kehilangan habitat tidak jarang masuk di areal kebun warga atau areal kampung. 

Di mana kadang ada juga masyarakat yang sangat tidak bertanggung jawab yang hanya ingin ‘bermain-main’ dengan menyakiti orangutan dengan menembak peluru pada matanya.

Jika peluru sampai kena kedua matanya, orangutannya bisa menjadi cacat untuk selamanya dan kesulitan untuk melanjutkan hidupnya.

"Kami sangat yakin bahwa sebagian dari masyarakat di Ketapang, dan di seluruh Kalimantan tidak menyetujui dengan cara tersebut," terangnya.

Baca juga: Kisah Bara dan Arang, Orangutan di Atas Pohon di Lahan Terbakar

Bangun pola pikir masyarakat

Kepala BKSDA Kalimantan Barat, Sadtata Noor mengatakan, sebagai penggiat konservasi, mereka mempunyai satu pekerjaan rumah, yakni membangun pola pikir masyarakat untuk lebih peduli pada hutan, ekosistem dan satwa liar.

Menurut dia, kerja-kerja konservasi sudah banyak dilakukan, tapi penganiayaan terhadap satwa liar masih saja terus berlangsung.

"Penyelamatan satwa liar sudah sering dilakukan, namun itu tidak akan pernah cukup selama kita tidak mampu merubah mindset masyarakat dan generasi muda untuk lebih ramah pada satwa liar," kata Sadtata.

Baca juga: Selain Manusia, Orangutan juga Terkena ISPA Gara-gara Karhutla

Orangutan terancam punah

Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kehutanan Kalimatan Barat, Untad Dharmawan menambahkan, pelepasliaran satwa liar ke habitat aslinya pada dasarnya bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekologis pada suatu ekosistem dalam hal ini adalah ekosistem hutan.

Hal itu, karena masing-masing dari setiap komponen yang ada dalam kesatuan ekosistem tersebut pada dasarnya memiliki peran dan relung ekologisnya masing-masing sehingga akan tercipta suatu keseimbangan yang saling tergantung antara satu dengan yang lainnya.

"Orangutan sebagai salah satu dari satwa langka yang dilindungi adalah merupakan satwa khas bumi Kalimantan yang saat ini kehidupannya "terancam punah" akibat berbagai macam tekanan terhadap keberadaan hutan sebagai habitat kehidupan orangutan," ucapnya.

Dia menjelaskan, orangutan terancam punah akibat tekanan berupa deforestasi, desertifikasi, overeksploitasi hutan, kebakaran hutan dan ditambah lagi perburuan liar.

Baca juga: Populasi Orangutan di Kalbar Kritis, Ini Penyebabnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com