"Kami beberapa kali bertemu rumpun tebu rawa yang menghalangi perjalanan yang cukup menguras tenaga untuk dilewati. Kami berhenti dan membersihkan jalan tertutup itu. Ada yang terbayarkan dari perjalanan itu. Banyak ikan gabus bermunculan, berlompatan di permukaan air. Udara yang menyegarkan pikiran sedikit membantu melupakan letih yang menjalar dalam tubuh," cerita Diana.
Dalam suratnya, Diana menyadari bahwa dirinya hanyalah seorang guru yang hanya ingin memperhatikan nasib anak asuhnya.
Dirinya juga menjelaskan, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang seharusnya untuk keperluan sekolah seakan tidak tersentuh.
Bagaimana tidak, ruang kelas layaknya gudang harus ditempati untuk menuntut ilmu.
Tidak ada seragam, buku, pensil, meja, dan bangku layak pakai. Anak-anak harus duduk di lantai, membungkuk untuk belajar menulis. Ada beberapa bangku, tetapi sudah reyot.
Dirinya pun berharap Menteri Pendidikan Nadiem mendengarkan jeritan hati para siswa di pedalaman Mappi, Papua.
(Penulis: Kontributor Kompas TV Timika, Irsul Panca Aditra | Editor: Robertus Belarminus)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.