Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Penjajah Saja Bangunkan Jembatan, Kenapa Pemerintah Sendiri Tak Sudi?"

Kompas.com - 04/11/2019, 07:00 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

Menurut Darsono, ribuan warga desa dari dua kecamatan itu sangat membutuhkan keberadaan jembatan yang menjadi sarana penghubung.

Sebab, jembatan itu adalah satu-satunya akses tercepat yang mendukung kebutuhan warga. 

"Jembatan yang diminta adalah akses perekonomian, pendidikan dan akses menuju jalan raya menuju perkotaan. Dari dua desa di kecamatan ini, mayoritas bekerja petani dan perajin batubata genteng," tutur Darsono.

Menurut Darsono, pihaknya sudah berkali-kali mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah untuk realisasi jembatan penghubung antar kecamatan tersebut.

Namun, hingga saat ini belum ada tanggapan atau kepastian yang diterima.

"Kami berharap pemerintah atau Pak Presiden Jokowi sudi membangunkan jembatan untuk kami. Kami sudah sangat lama mengajukan pembuatan jembatan hingga berkali-kali, namun tak ada respons. Baik DPR maupun Pemkab Grobogan tak ada kepastian hingga saat ini," kata Darsono.

Baca juga: Kisah Perjuangan Warga di Belu, Berburu Air untuk Bertahan Hidup

Jembatan peninggalan Belanda

Tokoh masyarakat Desa Karangasem, Sujono (60) mengatakan, puluhan tahun lalu saat ia masih anak-anak, warga di desanya tak merasa kesusahan, karena sudah terbangun jembatan sepanjang 50 meter yang menghubungkan Kecamatan Wirosari dan Kecamatan Ngaringan.

Hanya saja, keberadaan jembatan peninggalan zaman Belanda tersebut perlahan menghilang setelah hanyut terseret derasnya arus sungai.

"Puluhan tahun lalu ada jembatan sepanjang 50 meter peninggalan Belanda. Namun hanyut dibawa sungai. Belanda si penjajah saja bangunkan jembatan, masak pemerintah sendiri tak sudi bangunkan jembatan," kata Sujono.

Sementara itu, warga Desa Karangasem, Suyatmin (43) mengatakan, sejak remaja ia mengelola industri rumahan batubata dan genteng.

Bisnisnya tersebut selalu terkendala akses jalan yang tidak memadai.

Suyatmin merasa lebih boros waktu dan finansial akibat tak ada jembatan.

"Harus putar puluhan kilometer. Habis di waktu dan ongkos bensin. Padahal di desa kami terkenal sebagai penghasil batubata dan genteng berkualitas. Kami berharap pemerintah bisa membangunkan jembatan bagi kami. Jembatan adalah harapan kami," ungkap Suyatmin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com