Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

79 Kilogram Sabu Asal Malaysia Gagal Beredar di Sumsel

Kompas.com - 29/10/2019, 15:05 WIB
Aji YK Putra,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

PALEMBANG, KOMPAS.com - Sebanyak 79 kilogram narkoba jenis sabu gagal beredar di wilayah Sumatera Selatan, setelah dua pelaku inisial DN (47) dan HR (59) ditangkap oleh Tim Fleet 1 Quick Respon (F1QL) Pangkalan TNI Angkatan Laut Palembang.

Para pelaku tersebut tertangkap di perairan Sungsang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, pada Senin (29/10/2019).

Komandan Lantamal III Brigadir Jenderal TNI (Mar) Hermanto mengatakan, penangkapan itu bermula dari laporan yang diterima.

TNI AL Batam kemudian melihat ada aktivitas mencurigakan dari pelaku ketika melintas di perairan Muara Sungsang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Minggu (27/10/2019).

Baca juga: Lion Air Bangun Monumen untuk Mengenang Korban Jatuhnya Pesawat di Karawang

Dari laporan tersebut, Tim F1QL langsung menuju lokasi dan diketahui bahwa para pelaku sedang membawa narkoba dalam jumlah yang banyak.

"Kami langsung melakukan pengejaran. Proses penangkapan cukup memakan waktu, karena tersangka ini menggunakan speed boat 40PK," kata Hermanto saat konferensi pers di Pangkalan TNI AL di Palembang, Selasa (29/10/2019).

Aksi kejar-kejaran antara tersangka dan petugas sempat terjadi.

Bahkan Tim F1QL sempat beberapa kali meletuskan tembakan peringatan hingga akhirnya speed boat yang ditumpangi tersangka berhenti.

Saat pelaku menyerah, petugas langsung melakukan penggeledahan.

Seluruh sabu tersebut akhirnya ditemukan di dalam speed boat.

"Melihat dari jenis narkoba dan jalur pengiriman, diperkirakan sabu ini berasal dari Malaysia. Dalam melakukan aksinya, mereka melakukan sistem jaringan terputus," ujar Hermanto.

Sementara itu, Komandan Pangkalan TNI AL Palembang Kolonel Laut (P) Saryanto menjelaskan, jumlah posko Angkatan Laut yang hanya 19, membuat pengawasan perairan menjadi sulit.

Hal itu menyebabkan peredaran sabu di perairan Sumsel menjadi rawan.

"Selain pengawsan, kami juga perlu keterlibatan masyarakat. Jika melihat ada hal yang mencurigakan diharapkan segera melapor," kata Suryanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com